“Menjenguk” Aboebakar Atjeh dan Karya-Karyanya
Oleh: Khairil Miswar
Bireuen, 01 April 2015
Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh. Sumber Foto: Buku Aliran Syi'ah di Nusantara |
Tubuhnya lumayan tinggi dan tegap dengan bentuk muka persegi. Kulitnya kuning langsat dan rambutnya keriting serta jarang tersisir rapi. Dialah Aboebakar Atjeh, seorang penulis terkemuka yang banyak menghasilkan karya tulis dalam bidang agama Islam. Aboebakar Atjeh dilahirkan di Koetaradja pada 28 April 1909. Penulis produktif tersebut adalah anak dari pasangan Sjeh Abdurrahman dan Hadji Na’in. Ayah Aboebakar Atjeh sewaktu hidupnya pernah mengabdi sebagai imam Mesjid Raya Koetaradja.
Menurut satu sumber, penggunaan kata Atjeh di belakang namanya adalah untuk membedakan Aboebakar Atjeh dengan Aboebakar yang lain. Namun menurut sumber lainnya, nama Atjeh yang ditambatkan di belakang namanya merupakan pemberian Presiden Soekarno yang kagum akan keluasan ilmu putra Aceh tersebut. Aboebakar Atjeh adalah bekas anggota Konstituante dari Fraksi Masyumi dan juga merupakan salah seorang tokoh pendiri Kementerian Agama. Aboebakar Atjeh adalah dosen pada Universitas Islam Djakarta.
Aboebakar Atjeh mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Islam Djakarta pada tanggal 30 Januari 1967 dengan promoter Prof. Dr. Hazairin, S.H. Tidak lama setelah diberi gelar Doctor HC, Aboebakar Atjeh diangkat sebagai Guru Besar (profesor) pada berbagai universitas di Indonesia.
Aboebakar Atjeh pada awalnya adalah ilmuan “otodidak”. Berkat kegigihannya Aboebakar Atjeh berhasil menjadi salah seorang intelektual Islam yang produktif pada masanya. Sebagai seorang ilmuan, Abobakar Atjeh juga menguasai beberapa bahasa asing, di antaranya: bahasa Arab, Belanda, Jepang dan Inggris. Beliau juga mengerti dasar-dasar bahasa Perancis dan Jerman. Tidak hanya bahasa asing, Aboebakar Atjeh juga menguasai beberapa bahasa daerah, di antaranya: bahasa Aceh, Sunda, Jawa, Gayo dan Minangkabau.
Setelah menamatkan pendidikan di beberapa sekolah menengah, Aboebakar Atjeh bekerja pada instansi pemerintah dalam urusan Agama, baik di masa Belanda, Jepang dan Pemerintah Indonesia. Aboebakar Atjeh tidak hanya belajar di sekolah-sekolah formal, tapi juga menjalani pendidikan agama di pesantren, di antaranya di dayah Teungku Haji Abdussalam Meuraxa dan dayah Manyang Tuanku Raja Keumala di Peulanggahan di Koetaraja. Beliau juga sempat belajar di Mekkah, dan pernah beberapa kali ke Mesir.
Aboebakar Atjeh adalah salah seorang pendiri Muhammadiyah di Koetarardja Aceh pada tahun 1924. Pada tahun 1949, Aboebakar Atjeh mendirikan Perpustakaan Kutubchanab Iskandar Muda di Koetaradja. Pada 1950, beliau juga memimpin Majalah Minbar Kementerian Agama. Selain itu Aboebakar Atjeh juga pernah aktif dalam berbagai organisasi lainnya, seperti Syarikat Islam.
Karya-Karya Aboebakar Atjeh
Selama hidupnya Aboebakar Atjeh banyak menghasilkan karya tulis, baik berupa buku-buku keagamaan, juga berbagai artikel di surat kabar dan majalah. Aboebakar Atjeh menulis buku dalam berbagai topik seputar masalah-masalah keagamaan, seperti aliran-aliran dalam Islam dan juga masalah-masalah tashawuf Di antara buku-buku yang pernah ditulis oleh Aboebakar Atjeh: (1) Sejarah Al-Qur’an, (2) Technik Chutbah, (3) Sedjarah Ka’bah, (3) Perdjuangan Wanita Islam, (4) Kemerdekaan Beragama, (5) Pengantar Sedjarah Sufi dan Tashawuf, (6) Pengantar Ilmu Tarekat, (7) Perbandingan Mazhab Syi’ah, (8) Pendidikan Sufi, Sebuah Upaya Mendidik Akhlak Manusia, (9) Ilmu Fiqih Islam dalam Lima Mazhab dan buku-buku lainnya.
Aboebakar Atjeh juga menulis beberapa buku dalam bahasa Aceh untuk anak-anak sekolah, di antaranya: Lhee Saboh Nang dan Meutia. Buku-buku tersebut dipakai di sekolah-sekolah Aceh pada masa Belanda dan Jepang.
Nama Aboebakar Atjeh masuk dalam buku Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh di Indonesia yang ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza. Aboebakar Atjeh meninggal pada 18 Desember 1979 di Jakarta, dan dimakamkan di TPU Karet Bivak Jakarta.
Sumber:
Aboebakar Atjeh, Aliran Syi’ah di Nusantara, Jakarta: Islamic Research Institute, 1977.
Aboebakar Atjeh, Islam Sumber Djihad dan Idjtihad (Pidato saat Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa, 20 Maret 1967), Djakarta: U.I.D, t.t
http://id.wikipedia.org/
loading...
Post a Comment