Islamkah Kita? ( Menanggapi Kasus Amuk massa di Aceh Utara dan Aceh Tenggara )


Oleh : Khairil Miswar

Bireuen, 27 Februari 2011

Aceh yang dikenal dengan nama Serambi Mekkah dalam beberapa hari ini digemparkan dengan dua tragedi berdarah yang terjadi di Aceh Utara dan Aceh Tenggara. Sebagaimana diberitakan di media beberapa hari yang lalu, Nek Liyah dibunuh dan dibakar dalam aksi massa di Desa Geureghek, Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara. Pembunuhan sadis ini dilakukan oleh massa yang menuduh nek Liyah memiliki ilmu hitam. Celakanya aksi ini dilakukan di menasah yang biasanya dipakai sebagai tempat shalat bagi masyarakat desa tersebut. 

Kejadian yang tak kalah sadisnya juga terjadi di Desa Lawe Serke, Kecamatan Lawe Sigala-gala, Aceh Tenggara. Di sana diberitakan pelaku pencurian bebek tewas bersimbah darah akibat dihajar oleh ratusan massa di desa tersebut. Kisah pilu ini seharusnya tidak terjadi apabila kita berfikir jernih dan tidak mengedepankan hawa nafsu. Disadari atau tidak kejadian ini telah mencoreng wajah Aceh yang penduduknya mayoritas Islam. Perlu kita ketahui dan fahami bersama bahwa tidak ada satu agama pun di dunia yang melegalkan perilaku bejat seperti ini bahkan kaum atheis pun membenci perbuatan sadis ini.

Ilustrasi. Sumber: waspada.co.id
Allah Swt telah mengutuk bani Israil yang membunuh seorang manusia, Allah Swt berfirman yang artinya, “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32).

Mengenai pembunuhan dengan cara sengaja, Allah Swt berfirman ; “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa’: 93)

Rasulullah Saw sebagai suri tauladan bagi kita juga sangat membenci pembunuhan terhadap sesama muslim. Rasulullah Saw bersabda ; “Musnahnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim.” (Hadits dari Abdullah Bin Amru Bin `Ash yang diriwayatkan oleh Muslim, An Nasa’i, At Tirmidzi dan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam hadits lainnya Rasulullah Saw juga bersabda : “Barangsiapa membunuh seorang mukmin lalu dia bergembira dengan pembunuhan tersebut, maka Allah tidak akan menerima amalan sunnah juga amalan wajibnya.” (HR. Abu Daud. Shahih At Targhib wa At Tarhib no.2450, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, Al Munawi, 6/252)

Setelah kita melihat dalil-dalil yang sudah saya sebutkan di atas, pantaskah kita membunuh sesama muslim? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Andaipun benar nek Liyah bersalah kita tidak layak dan tidak pantas membunuhnya dengan cara yang sadis apalagi sampai membakar manusia, sungguh biadab dan tidak manusiawi. 

Buta Ilmu

Sebagai masyarakat yang mengaku kental dengan Islam seharusnya kita mengedepankan agama dalam menyikapi berbagai permasalahan. Selama ini kita disibukkan dengan isu pemberantasan aliran sesat seperti millah abraham dan Ahmadiyah. Kita terlalu khawatir dengan gerakan-gerakan aliran sesat tersebut, padahal mereka adalah minoritas yang akhirnya akan punah secara alami tanpa perlu diberantas dengan kekerasan. Saya bukannya hendak melegalkan eksistensi aliran sesat tersebut, tetapi kita memiliki agenda lain yang lebih penting ketimbang disibukkan dengan aliran sesat. Apakah kita sudah bercermin sejauh mana keislaman yang kita miliki, sejauh mana keta`atan kita kepada Allah Swt, sejauh mana kesetiaan kita kepada Rasulullah Saw. Apakah kita sudah benar – benar menjalankan hukum Allah Swt yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Sudah Islamkah kita dengan Islam yang benar? Jika jawabannya kita sudah Islam dan benar-benar bertaqwa kepada Allah Swt buat apa kita bersusah diri dengan aliran sesat, buat apa kita khawatir dengan isu Kristenisasi. Semua itu tidak perlu dirisaukan jika kita memang sudah benar-benar yakin dan beriman dengan Iman yang sempurna. Seorang muslim yang benar-benar beriman kepada Allah Swt tidak akan terpengaruh dengan aliran apapun, meskipun kita hidup di negeri kafir, kecuali jika iman kita masih lemah maka kita akan mudah terpedaya oleh tipuan-tipuan yang dibawa oleh aliran sesat tersebut. Kuncinya mari kita sempurnakan iman kita agar kita terbebas dari pengaruh aliran-aliran sesat dan kristenisasi. Kita tidak perlu takut kalau ada yang hendak membangun gereja di Aceh, karena tugas kita bukan mengurusi gereja tetapi memakmurkan mesjid. Selama ini kita merasa gundah dengan banyaknya gereja, tetapi kita tidak pernah merasa sedih ketika melihat banyaknya mesjid yang kosong dari jamaah. Mesjid Cuma penuh dan ramai pada hari jumat, awal-awal bulan Ramadhan dan pada waktu hari raya, sedangkan di luar waktu tersebut mesjid kosong, malah ada mesjid yang tidak pernah terdengar suara azan kecuali hari jumat. Subhanallah, sungguh kita telah disibukkan oleh hal – hal yang tidak perlu dan melupakan agenda-agenda penting yang dianjurkan agama.

Diakui ataupun tidak masyarakat kita adalah masyarakat yang fanatik tanpa ilmu. Berapa banyak diantara kita yang tidak pernah shalat dan larut dalam maksiat. Berapa banyak diantara kita yang bodoh dan buta ilmu agama. Pernahkah kita berfikir dan merenung seberapa banyak amal yang sudah kita kerjakan. Jawabannya adalah tidak pernah, kita tidak pernah peduli dengan nasib kita sendiri yang nantinya akan mati dan menghadap Tuhan. Sangat mudah bagi kita untuk membunuh manusia tanpa kita sadari bahwa perbuatan tersebut adalah dosa besar. Ini semua terjadi karena kita buta dengan ilmu agama. Kita mengabaikan ilmu agama dan sibuk dengan isu – isu yang tidak penting seperti aliran sesat dan kristenisasi. Bukankah belajar ilmu agama lebih penting daripada mengurusi aliran sesat.

Menjadikan agama sebagai tameng

Diakui ataupun tidak bahwa mayoritas masyarakat Aceh menganut Islam dikarenakan faktor keturunan yang diwarisi dari nenek moyang. Padahal Aceh yang dikenal dengan serambi Mekkah dulu pernah berjaya dibawah panji-panji Islam. Aceh adalah gudangnya ulama dan orang-orang berilmu semisal Syekh Nuruddin Ar-Raniry dan Syekh Abdurrauf As Singkili. Namun kenyataannya sekarang masyarakat kita sudah jauh dari ilmu agama dan menjadikan agama hanya sebagai tameng. Sebagai contoh kecil adalah perilaku judi dan sabung ayam yang hampir bisa kita temui disetiap desa. Bahkan ada masyarakat kita yang tiap malam menghabiskan waktunya bermain judi di jambo jaga meunasah. Apabila kita tanyakan kepada mereka, apakah anda seorang muslim? Mereka akan menjawab bahwa mereka adalah muslim tulen dan bahkan ada yang mengaku keturunan ulama. Apabila kita tanyakan apakah anda shalat, jawabannya mereka tidak shalat. Kemudian kita tanyakan lagi apakah anda tahu apa hukum judi? Mereka menjawab hukum judi adalah haram. Kesimpulannya mereka mengaku muslim tetapi tidak shalat dan berjudi. Mereka akan marah jika kita menuduh mereka bukan muslim, tetapi tanpa mereka sadari mereka telah menistakan agama mereka sendiri dengan perilaku – perilaku yang melanggar aturan agama. Anehnya ketika mereka mendengar ada isu aliran sesat masuk ke kampung mereka, maka dengan gagah berani mereka akan mencari siapa yang telah membawa aliran sesat ke kampung mereka, tidak jarang si tertuduh ( orang yang diduga sesat ) dipukuli ramai – ramai dengan bersemangat dan para penjudi tadi berada dibarisan depan untuk menumpas aliran sesat. Kadang-kadang si tertuduh sesat Cuma difitnah dan tidak terbukti sesat, tetapi masyarakat kita tidak ambil pusing yang penting hamok dile. Perilaku ini bisa dikatakan hampir membudaya di Aceh. Masyarakat kita sangat sensitif dengan isu-isu aliran sesat tetapi tidak peka terhadap aturan agama dan malah mengabaikannnya. 

Akhirnya kita hanya dapat berharap agar masyarakat kita kembali menekuni agamanya, jangan sekedar menjadi Islam keturunan yang buta ilmu. Ini penting agar masyarakat kita terhindar dari perilaku-perilaku biadab dan sadis. Wallahu `Alam.

Artikel ini sudah diterbitkan di Harian Aceh


loading...

No comments