Tony Abbot Perdana Menteri “Tak Berbobot”

Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 21 Februari 2014

Tony Abbot. Sumber: www.theaustralian.com.au
Pernyataan PM Australia, Tony Abbot beberapa waktu lalu yang mengungkit bantuan tsunami kepada Indonesia (Aceh) secara tidak langsung telah memaksa nalar kita semua untuk menyebut Abbot sebagai perdana menteri yang tak berbobot. Pernyataan tersebut di satu sisi merupakan bentuk kebingungan yang coba ditunjukkan oleh Abbot kepada publik internasional. Abbot hendak “menggertak” Indonesia agar kasus narkoba dibarter dengan bantuan tsunami. 
Melalui pernyataannya, Abbot telah mempersamakan antara bantuan tsunami dan narkoba, sehingga layak untuk ditukar. Dengan alasan kemanusiaan, Abbot meminta agar eksekusi terhadap pelaku narkoba dibatalkan. Menurut Abbot, pada saat Aceh dihantam tsunami, masyarakat Australia telah memberi bantuan senilai 1 miliar dolar kepada Indonesia sebagai bentuk rasa kemanusiaan. Dengan rasa kemanusiaan itu pula, Abbot meminta kepada Indonesia untuk membatalkan eksekusi.

Bantuan tsunami yang diberikan oleh Australia kepada Aceh, memang bernilai kemanusiaan, meskipun kita akui, tidak ada yang gratis di dunia ini. Sebagai masyarakat Aceh, penulis dan masyarakat Aceh lainnya tentu menaruh hormat kepada Australia yang telah sudi membantu di kala Aceh sedang “sekarat”. Namun, apa hendak dikata, pernyataan yang dilontarkan oleh Abbot beberapa waktu lalu telah membuat sebagian besar masyarakat Aceh terasa dipukul palu godam. “Kadang di situ saya merasa sedih”. Mungkin kalimat populer inilah yang tepat diucapkan oleh orang Aceh dalam menyikapi statemen Abbot tersebut.

Di sisi lain, menyamakan narkoba dan bantuan tsunami merupakan tindakan tolol dan tak masuk akal. Pembatalan hukuman terhadap pelaku narkoba justru telah menginjak HAM itu sendiri. Lihat saja berapa banyak anak bangsa yang menjadi korban narkoba.

Di akhir tulisan ini, penulis mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk berterima kasih kepada masyarakat Australia yang telah membantu Aceh di saat-saat genting. Jangan pedulikan Abbot, karena ia memang “tak berbobot”. Wallahu A’lam.

Artikel ini sudah dipublikasikan di Kompasiana
loading...

No comments