Antara Seni dan Mistis


Oleh : Khairil Miswar

Bireuen, 14 Oktober 2011


Ilustrasi. Sumber: travel.detik.com
Bagi masyarakat Aceh khususnya masyarakat Bireuen batu cincin alias “bate incin” memiliki daya tarik tersendiri. Maaf jika dalam tulisan ini saya mengklaim bahwa kebiasaan memakai bantu cincin terkesan Cuma ada di Bireuen. Bisa saja kebiasaan ini juga terdapat di daerah lain. Namun saya melihat peminat batu cincin di Bireuen sangat tinggi dibanding dengan daerah lain. Kesimpulan ini lahir dari pengamatan saya secara pribadi dan bukan hasil penelitian.

Kebiasaan memakai batu cincin bagi masyarakat Bireuen sepertinya sudah menjadi semacam tradisi. Entah kapan kebiasaan ini dimulai dan siapa pelopornya mungkin belum ada orang yang tahu persis. Yang jelas kebiasaan ini sudah lumayan mengakar di Bireuen. Setidaknya dalam setiap 100 orang ( laki – laki ) di Bireuen salah satu diantaranya adalah pecinta batu cincin. Rasanya tidak sah menjadi orang Bireuen kalau tidak memakai cincin. Sekali lagi maaf ini hanya asumsi saya, bukan hasil penelitian. 

Secara pribadi saya juga salah seorang peminat batu cincin, tetangga saya juga pecinta batu cincin dan teman-teman saya 40% diantaranya adalah maniak bate incin dan malah saya memiliki 30 orang teman yang berprofesi sebagai perajin batu cincin yang umumnya terpusat di gang – gang kota Bireuen. Dengan demikian pengetahuan saya tentang jenis – jenis batu cincin lumayan memadai meskipun tidak mencapai tingkat profesor (dalam hal percincinan) paling tidak pengetahuan saya menduduki posisi Magister dalam hal batu cincin.

Batu Cincin Sebagai Seni

Bagi saya pribadi kebiasaan memakai dan mengoleksi bantu cincin hanyalah sebatas seni dan tidak lebih dari itu. Yang namanya keindahan wajar saja jika ada orang – orang mengaguminya. Tidak Cuma sebagai penghias jari – jari tangan, tetapi batu cincin yang ukuran jumbo juga bisa dipasang di tali pinggang. Bahkan banyak wanita di Bireuen yang memasang batu cincin dengan aneka warna di kalung dan gelang. Jika kita berkunjung kerumah maniak batu, kita bisa menyaksikan lemari mereka yang terbuat dari kaca dipenuhi dengan aneka jenis batu cincin yang dibeli dengan harga bervariasi. Bicara soal harga batu cincin nampaknya belum ada ketentuan resmi yang mengatur harga barang tersebut dipasaran. Ada batu yang harganya Cuma lima puluh ribu dan bahkan ada batu yang harganya jutaan. Memang sulit dipercaya, namun bagi maniak dan “raja batee” hal ini sudah biasa. Sama halnya dengan peminat barang antik, jika dipikir dengan akal sehat buat apa barang usang dibeli dengan harga mahal dan akhirnya hanya dikoleksi dirumah. Kadang – kadang untuk membeli beras tidak ada uang, tetapi untuk membeli batu cincin rela bekerja banting tulang. Begitulah manusia.

Khurafat dan Syirik.

Bagi peminat batu cincin yang Cuma menganggapnya sebagai seni dan keindahan masih tergolong wajar meskipun kadang terkesan berlebihan sehingga nampak norak. Saya melihat orientasi para peminat batu cincin di Bireuen bukan hanya sekedar sebagai seni namun sebagaian dari mereka ada yang terjebak dalam cerita-cerita mistis dan khurafat. Ada orang yang menganggap batu cincin memiliki kekuatan mistis sehingga harganya ada yang mencapai jutaan. Menurut mereka ada batu yang bisa menyebabkan pemakainya menjadi kebal dan bisa menghilang. Ada batu pemikat yang membuat dagangan laris dan usaha lancar. Tentang kekuatan yang dimiliki oleh batu tersebut mereka namakan dengan “khasiet batee” (khasiat batu). Menurut mereka setiap batu cincin itu ada khasiatnya tergantung jenis batu dan namanya. Jangan heran jika ada batu yang mereka namakan dengan “sulaiman”. Entah rumus apa yang digunakan untuk menamai batu – batu tersebut. Yang jelas rumus matematika, fisika dan kimia tidak laku disini. 

Saya melihat di Bireuen bukan Cuma orang – orang awam yang terjebak dengan khurafat ini. Banyak juga orang – orang `alim yang terjebak dan percaya dengan kekuatan batu. Maaf saya sengaja tidak menyebut dengan gelar teungku takut nanti terjadi salah penafsiran dan menjadi polemik ditengah masyarakat. Di Bireuen juga ada sebuah tempat yang sering dikunjungi oleh orang – orang untuk “jak paso aso batee” (mengisi batu dengan kekuatan). Alhamdulillah saya sudah pernah ketempat tersebut dan melihat langsung piasan disana. Sesampai kesana orang – orang menyalami dan mencium tangan “sang guru” bahkan ada yang bersimpuh mencium lutut sang guru tersebut. Sungguh penghormatan yang luar bisa. Saya tidak pernah melihat peristiwa ini sebelumnya kecuali dalam film – film india pada saat ritual agama hindu. Rumah tersebut bukan Cuma didatangi oleh orang awam tetapi juga orang – orang `alim. 

Pernah beberapa kali dalam forum tidak resmi (warung kopi) saya memperdebatkan masalah ini dengan beberapa teman saya yang ikut terpengaruh dengan kekuatan mistis batu cincin. Mereka beranggapan hal tersebut tidak mengapa dan bukan bagian dari syirik. Menurut mereka kekuatan yang ada dalam batu tersebut adalah titipan Allah dengan wasilah seorang guru. Batu hanyalah sebab, sedangkan kekuatannya dari Allah. Kami tetap yakin bahwa kekuatan itu datang dari Allah dengan perantaraan batu – batu tersebut, demikian pengakuan mereka. Menurut saya sangat disayangkan apabila benar mereka meyakini hal tersebut sehingga menjadikan batu cincin sebagai jimat. Lantas apa bedanya kita dengan kafir zaman jahiliyah yang menjadikan patung sebagai perantara untuk beribadah kepada Allah?

Disini saya bukannya ingin menghina atau mencari-cari kesalahan orang lain. Namun saya melihat perilaku ini sangat membahayakan aqidah dan bisa mengantarkan seseorang dalam jurang kesyirikan. Allah telah berfirman dalam Al-Quran yang mulia bahwa Allah Swt akan mengampuni dosa – dosa selain SYIRIK. Artinya syirik adalah dosa terbesar yang menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka. Percaya kepada batu cincin sama saja artinya kita telah menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah Swt. Dalam banyak hadits salah satunya yang bersumber dari Abdulllah Bin Mas`ud Ra, Nabi Saw bersabda : “ Siapa yang mati dan dia mempersekutukan Allah dengan suatu apapun pasti masuk neraka”. Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim Rh. Untuk penjelasan lebih rinci tentang syirik bisa anda pelajari sendiri dalam kitab kitab Tauhid ataupun buku-buku yang sudah banyak diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sehingga tidak alasan lagi bagi kita untuk tidak mengerti. Yang menguasai bahasa Arab silahkan merujuk kepada kitab-kitab induk yang asli. Yang tidak mengerti bahasa Arab tidak ada pilihan lain mau tidak mau anda harus mempejarinya dari kitab-kitab terjemahan ( buku ). Jangan sampai kitab dan bukupun diperdebatkan. Yang namanya ilmu walaupun tertulis dipelepah pisang tidak ada larangan untuk mempelajari. 

Diakhir tulisan ini penulis mengajak sahabat, guru dan juga guree saya untuk tidak terjebak dalam kesyirikan hanya karena kecintaan terhadap batee incin. Wallahul Musta`an.

Artikel ini sudah dimuat di Harian Aceh


loading...

1 comment: