Harus Muda dan Generasi Rabbani

Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 24 September 2015

Bireuen Tahun 1910
Sumber Foto: Koleksi Digital KM
Tanpa terasa, pada 12 Oktober 2015 mendatang, Bireuen akan kembali merayakan Ulang Tahunnya yang ke-16. Bireuen adalah salah satu kabupaten di Aceh yang dikenal sebagai kota dagang dan juga digelar dengan Kota Juang. Gelar Kota Juang bukanlah “pemberian gratis”, tapi diperoleh dengan kerja keras di masa lalu, di mana saat itu Bireuen menjadi tempat berkumpulnya para pejuang militan dari seluruh Aceh untuk kemudian bertaruh nyawa di Medan Area dalam rangka melawan agresi militer Belanda. Dari Bireuenlah api perjuangan itu dikobarkan. Di Bireuen pula Soekarno membakar semangat para pejuang untuk melakukan jihad fi sabilillah guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang kala itu baru seumur jagung.

Bireuen diapit oleh tiga kabupaten, yaitu Bener Meriah, Pidie Jaya dan Aceh Utara. Sebelum berdiri sendiri, Bireuen pernah berada di bawah “asuhan” Kabupaten Aceh Utara. Kemudian pada 12 Oktober 1999 berdasarkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 1999, Bireuen resmi “memisahkan diri” dari “induk semangnya”, Aceh Utara. Pasca menjadi “kabupaten mandiri”, Bireuen telah dipimpin empat orang bupati dan wakil bupati, yaitu: Hamdani Raden (Pj Bupati), Mustafa Geulanggang-Amiruddin Idris, Nurdin Abdurrahman-Busmadar Ismail dan Ruslan M. Daud-Mukhtar Abda. Pasangan disebut terakhir yang dikenal dengan sebutan “Harus Muda” dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bireuen pada 06 Agustus 2012.

“Harus Muda” adalah akronim dari pasangan Haji Ruslam M. Daud dan Muktar Abda yang saat ini menjadi nakhoda Bireuen. Tidak hanya sebatas akronim, nama “Harus Muda” pun bisa dimaknai secara filosofis sebagai pasangan pemimpin yang mempunyai “ghirah” dan semangat dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Bireuen. Di tangan merekalah, masyarakat Bireuen menggantung harapan agar Bireuen terbebas dari kemiskinan, keterpurukan ekonomi, ketertinggalan pendidikan dan tercapainya pelayanan kesehatan yang memadai. Masyarakat Bireuen berharap agar Harus Muda mampu melakukan yang terbaik dengan semangat dan jiwa muda yang mereka miliki. 

Tanpa terasa dengan bergulirnya waktu, tepatnya pada tanggal 06 Agustus 2012 lalu, sudah genap 3 tahun pasangan “Harus Muda” memimpin Bireuen. Selama 3 tahun kempempinan Harus Muda, Bireuen terus berbenah dan memperbaiki diri agar mampu bersaing dengan kabupaten lain di Aceh. Perolehan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) beberapa waktu lalu merupakan satu indikasi bahwa Bireuen telah mulai berbenah, mengingat WTP tidak pernah diperoleh pada masa bupati sebelumnya.

Memang WTP bukanlah prestasi atau penghargaan yang harus dipublikasikan berlebihan sehingga nampak norak di mata publik. Namun setidaknya perolehan WTP tersebut bisa menjadi spirit bagi Harus Muda untuk terus melakukan upaya-upaya strategis dalam membagun Bireuen. Semoga saja harapan Kabupaten Bireuen menjadi kawasan wisata pada Visit Bireuen Years 2018 dapat segera terwujud. 

Generasi Rabbani

Jika dicermati, ada banyak hal yang telah dilakukan oleh pasangan Harus Muda, dalam tiga tahun terakhir, khususnya di bidang pembangunan keagaamaan dalam rangka melahirkan generasi-generasi rabbani di Kabupaten Bireuen. Generasi rabbani adalah generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga didukung oleh kecerdasan spritual. Generasi rabbani tidak lahir begitu saja, tetapi melalui proses kerja keras yang tiada henti. Untuk melahirkan generasi rabbani butuh dukungan dan keseriusan dari semua pihak, baik orang tua, guru dan juga pemerintah.

Dalam salah satu tulisannya, guru kita Abd Gani Isa yang juga dosen UIN Ar-Raniry mendefinisikan generasi rabbani sebagai “generasi yang sukses, posisinya selalu berada dalam garis ajaran Islam, dan selalu mengajak orang lain untuk dekat dengan Allah. Generasi rabbani, generasi yang akan selalu berada di barisan terdepan dalam menegakkan kalimatullah, menegakkan syariat Islam. Generasi rabbani menjadi teladan karena secara duniawi generasi ini adalah orang-orang yang kaya jiwa dan unggul dari sisi ketaqwaannya.”

Pasangan Harus Muda yang telah sukses memenangkan “pertarungan politik” pada Pilkada 25 Juni 2012 lalu dengan persentase suara 46,36% telah melakukan langkah-langkah awal dalam rangka melahirkan generasi rabbani di Kabupaten Bireuen. Beberapa program yang digagas oleh Harus Muda via Dinas Pendidikan Kabupaten Bireuen adalah: (1) pelaksanaan shalat berjamaah bagi siswa di hari-hari tertentu; (2) pakaian Islami pada hari Jumat; (3) membaca surat Yasin pada hari Jumat; dan (4) menghafal ayat-ayat pendek pada 10 menit pertama sebelum memulai proses pembelajaran.

Program pelaksanaan shalat berjamaah dilaksanakan selepas proses pembelajaran di sekolah ketika telah tiba waktu shalat dhuhur. Pelaksanaan shalat berjamaah ini dilakukan dalam pengawasan para guru. Program yang digagas oleh Harus Muda ini telah mulai dilaksanakan sejak awal-awal mereka menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bireuen. Terkait pelaksanaan program ini apakah sudah optimal, hal ini adalah persoalan teknis yang menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan dan juga guru di sekolah. Namun yang jelas, program ini sangat baik guna menanamkan kebiasaan shalat berjamaah pada diri siswa yang akan menjadi bekal bagi mereka ketika telah dewasa nantinya.

Sekira setahun yang lalu, pasangan Harus Muda melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Bireuen juga mengirimkan surat edaran kepada sekolah-sekolah di Kabupaten Bireuen terkait dengan pakaian yang harus dipakai oleh guru dan siswa pada hari Jumat. Untuk guru wanita dan siswi dianjurkan memakai pakaian putih dengan rok hitam. Adapun untuk siswa dan guru laki-laki memakai baju koko warna putih dan juga peci. Meskipun bernuansa “simbolik”, namun program ini juga bermanfaat bagi siswa agar mereka akrab dengan pakaian muslim/muslimah. Namun penulis ingin memberi sedikit catatan, bahwa pada prinsipnya pakaian muslim tidak hanya sebatas pada warna ataupun model, tetapi pada optimalisasi dari fungsi pakaian itu sendiri, yaitu sebagai penutup aurat. Model dan warna bukanlah penentu sebuah pakaian itu disebut sebagai Islami. Kesimpulannya, setiap pakaian yang dapat menutup aurat secara sempurna adalah pakaian Islami. Namun demikian, langkah yang dilakukan oleh Harus Muda terkait pakaian ini juga patut diapresiasi.

Pada hari Jumat, Harus Muda melalui Dinas Pendidikan juga menganjurkan kepada sekolah-sekolah untuk dilaksanakan pembacaan surat Yasin sebelum dimulainya proses pembelajaran. Pembacaan surat Yasin ini rutin dilakukan pada setiap Jumat yang dibimbing langsung oleh guru Pendidikan Agama Islam. Dalam melaksanakan pembacaan surat Yasin ini, sebagian sekolah memilih tempat di dalam ruangan, sedangkan sebagian sekolah yang lain melakukannya di luar kelas (lapangan).

Tidak hanya membaca surat Yasin pada setiap Jumat, baru-baru ini pasangan Harus Muda melalui Dinas Pendidikan juga mengintruksikan kepada sekolah-sekolah di Kabupaten Bireuen untuk membimbing siswa menghafal ayat-ayat pendek pada sepuluh menit pertama sebelum proses pembelajaran berlangsung. Program hafalan surat-surat pendek ini sangat baik untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap Alquran. Program ini juga memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk membaca Alquran setiap hari yang nantinya akan menjadi investasi bagi mereka di akhirat.

Beberapa program pembangunan di bidang agama yang digagas oleh Harus Muda dalam tiga tahun terakhir, sebagaimana penulis sebut di atas adalah langkah awal dalam membentuk generasi rabbani di Kabupaten Bireuen. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka usaha-usaha ini harus terus dipertahankan dan dikembangkan oleh para praktisi pendidikan.

Akhirnya, kita hanya bisa berharap, dalam sisa-sisa masa jabatannya, Harus Muda mampu terus berbenah membangun Bireuen dengan semangat muda, semuda namanya. Wallahu A’lam.



Note:
Artikel ini sudah pernah diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis dalam rangka HUT Bireuen ke 16. Alhamdulillah mendapat Juara I
loading...

No comments