Memakmurkan (Pengurus) Mesjid?


Oleh : Khairil Miswar

Bireuen, 03 Januari 2012

Pada saat tsunami menerjang Aceh beberapa tahun lalu kita bisa menyaksikan mesjid ketika itu padat pengunjung. Di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh kita menyaksikan orang-orang sampai kepuncak mesjid. Hanya satu tujuan mereka, menyelamatkan diri dari ganasnya gelombang. Rupanya pada saat-saat sulit kita mencari perlindungan ke mesjid dengan harapan akan selamat. Ironisnya ketika negeri aman tenteram kita nyaris tidak mengenal mesjid. Padahal kita semua tau bahwa mesjid dibangun sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah, namun terkadang kita menyelewengkan mesjid dari fungsinya. Kita jarang dan bahkan mungkin kita tidak pernah beribadah di mesjid, mesjid Cuma kita jadikan sebagai tempat berlindung ketika bencana dan tempat bersembunyi ketika perang berkecamuk.

Pada hari-hari biasa, mesjid Cuma ramai pada hari jumat itupun kehadiran kita terkadang dipicu oleh rasa tidak enak dengan tetangga atau malu dengan mertua. Satu momen lagi yang membuat mesjid penuh itupun pada minggu pertama dan malam terakhir yaitu pada malam bulan Ramadhan. Selain waktu-waktu tersebut kebanyakan mesjid kosong dan sepi pengunjung, bahkan penulis pernah menyaksikan sebuah mesjid di kabupaten Bireuen yang terletak di jalan negara pada saat shalat isya Cuma imam seorang tanpa makmum, penulis kagum dengan imam tersebut karena beliau tetap menjaharkan bacaannya dalam shalat meskipun dia shalat sendiri tanpa makmum. Jika didengar dari kejauhan kita akan berfikir mesjid tersebut dipenuhi pengunjung apalagi lokasinya di jalan Negara.

Memakmurkan Mesjid

Rasul Shallahahu ‘alaihi wasallam sebagai pembawa risalah menganjurkan umatnya untuk senantiasa memakmurkan mesjid. Dalam pandangan penulis, memakmurkan mesjid adalah suatu upaya menghidupkan mesjid dengan agenda-agenda keagamaan. Dalam hal ini agenda yang paling utama adalah menegakkan shalat berjama’ah selama lima waktu. Menurut sebagian ulama shalat berjama’ah hukumnya wajib, hal ini didasari dengan beberapa hadits shahih yang menegaskan perintah shalat berjama’ah. Bahkan dalam sebuah hadits Nabi Shallahahu ‘alaihi wasallam mengancam akan membakar rumah orang-orang yang enggan melaksanakan shalat jama’ah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Nabi Shallahahu ‘alaihi wasallam juga bersabda; barang siapa mendengar azan dan dia tidak memenuhi panggilan tersebut (untuk shalat berjama’ah) maka shalatnya tidak sempurna kecuali dia memiliki uzur. 

Mesjid Baiturrahman. Sumber: archive.kaskus.co.id
Dalam surat At-Taubah Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Hanyalah yang memakmurkan masjid mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah , maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (At Taubah : 9 : 18).

Salah satu faedah dari ayat ini adalah tentang pentingnya memakmurkan mesjid dengan kegiatan ibadah kepada Allah. Kata memakmurkan berasal dari bahasa ‘Arab; ‘amara – ya’muru yang memiliki beberapa arti diantaranya bermakna menghuni, menetap, menyembah, mengabdi, berbakti, mendirikan, mengisi, memperbaiki, mencukupi, menghidupkan, memelihara dan menghormati. Dari beberapa makna tersebut dapat kita simpulkan bahwa memakmurkan mesjid adalah suatu keharusan bagi kaum muslimin sebagai bukti ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Namun sayang, khususnya di Aceh kesadaran untuk memakmurkan mesjid sangat rendah dan malah terabaikan begitu saja. Hampir setiap mesjid yang kita jumpai kosong dari kegiatan ibadah kecuali pada hari jumat terlihat sedikit kesibukan dari pak bilal yang membersihkan bak dan menyapu lantai. Pada hari-hari biasa kesibukan membersihkan mesjid dan shalat berjama’ah hamper tak pernah terlihat, bahkan ada mesjid yang Cuma buka pada hari jumat sedangkan hari-hari lain terlihat sepi mencekam.

Memakmurkan Pengurus Mesjid

Dalam tulisan singkat ini penulis tidak bermaksud menghina pihak-pihak tertentu, namun tidak ada salahnya penulis berbagi cerita tentang kegiatan yang dilakukan oleh sebagian pengurus mesjid (tidak semua) yang menurut penulis bukan bertujuan memakmurkan mesjid dan malah sebaliknya. Khususnya di Kabupaten Bireuen penulis melihat ada beberapa pengurus mesjid tersibukkan dengan pembangunan dan renovasi mesjid. Jika membangun mesjid yang sudah rubuh itu mungkin sudah sepatutnya dilakukan dalam rangka kemakmuran mesjid mengingat salah satu bentuk memakmurkan mesjid adalah dengan cara membangun mesjid. Namun yang mengherankan, mesjid masih berdiri megah malah direnovasi tanpa alasan yang masuk akal. Paling-paling alasannya untuk mengganti kubah, padahal kubah masih layak pakai. Alasan satu lagi yang sudah menjadi tren adalah untuk melakukan perluasan mesjid, mesjid yang sudah ada dirubuhkan untuk kemudian dibangun mesjid baru yang ukurannya lebih besar.

Sayangnya ketika mesjid sudah menjadi baru dan luas mesjid masih saja seperti kuburan yang sepi mencekam tanpa pengunjung. Tidak ada shalat berjama’ah maupun pengajian. Yang ada Cuma bilal yang terlihat membersihkan mesjid, itupun bukan bilal resmi tetapi bilal yang lebih pantas disebut sebagai relawan yang membersihkan mesjid secara sukarela. Bilal resmi biasanya Cuma nongkrong di mesjid ketika hari jumat. 

Dalam pandangan penulis perilaku sebagian pengurus mesjid yang tersibukkan dengan pembangunan dan renovasi tanpa pernah berfikir tentang kemakmuran mesjid adalah perilaku yang bertentangan dengan sunnah dan anjuran Nabi. Memang untuk memakmurkan mesjid bukanlah tugas pengurus semata, namun pada zaman seperti sekarang ini banyak orang-orang berebut menjadi pengurus mesjid untuk nantinya mendapatkan proyek pada saat melakukan renovasi mesjid. Pada dasarnya penulis tidak keberatan dengan proyek yang akan mereka lakukan dimesjid, namun harus ada keseimbangan antara proyek yang mereka dapat dengan kontribusi mereka terhadap kemakmuran mesjid. 

Dalam banyak hadits Raul melarang kita untuk bermegah – megahan dalam membangun mesjid dan melupakan substansi yang sebenarnya. Dalam sebuah hadits Nabi Shallahahu ‘alaihi wasallam bersabda; Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad, Abu Daud Ibnu Majah). Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 7421.

Menurut penulis sudah saatnya pengurus mesjid harus mencari solusi bagaimana agar mesjid penuh dengan jama’ah. Pengurus mesjid harus melakukan aksi nyata untuk menghidupkan shalat lima waktu, meskipun kesadaran shalat berjama’ah tersebut terpulang kepada pribadi masyarakat namun pengurus mesjid harus tampil sebagai pelopor yang berdiri di garda depan. Wallahu Waliyut Taufiq.

Artikel ini sudah pernah diterbitkan di Harian Aceh


loading...

No comments