Jangan Remehkan Shalat


Oleh: Khairil Miswar

Bireuen, 14 Februari 2012

Langkah awal yang harus dilakukan oleh seseorang jika hendak masuk dalam agama Islam adalah mengucap dua kalimat syahadat, yakni kesaksian bahwa tidak Tuhan yang patut disembah selain Allah Swt dan juga kesaksian bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Swt. Setelah seseorang mengucapkan kedua kalimat syahadat tersebut maka dengan sendirinya orang tersebut akan terbebani dengan kewajiban-kewajiban syari’at, terutama kewajiban pokok yaitu mendirikan shalat, membayar zakat (zakat wajib), berpuasa (puasa Ramadhan) dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu. Dalam tulisan singkat ini penulis akan memfokuskan pembahasan tentang kewajiban shalat, untuk kewajiban puasa, zakat dan haji akan kita bahas pada kesempatan lain insya Allah.


Hakikat shalat dan seluruh gerakannya beserta doa adalah refleksi dari kehendak hamba-hamba yang shaleh untuk menghadap pada Allah Swt. Dalam Al-Quran surat Al-Bayyinah, Allah Swt berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya dalam menjalankan agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itu adalah agama yang lurus” (Q.S. Al-Bayyinah; 98: 5).

Sumber: www.tempo.co
Shalat hukumnya wajib bagi setiap muslim yang telah mengucapkan kalimat syahadat. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rh menyatakan bahwa seseorang yang meninggalkan shalat dosanya lebih besar dari bunuh diri, berzina, minum khamar, mencuri atau merampok. Shalat merupakan do’a yang paling ampuh dan mustajab untuk menghubungkan seorang hamba dengan Allah Swt. 

‘Usman bin Affan ra meriwayatkan sebuah hadits dari Rasul Saw; “ Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Tahukan kalian jika dihalaman rumah kalian ada sungai yang jernih dan kalian mandi disitu setiap hari sebanyak lima kali apakah ada sisa kotoran? Para shahabat menjawab; Tidak ada sedikitpun. Rasulullah Saw bersabda; Sesungguhnya shalat lima waktu itu menghapus dosa – dosa seperti air membersihkan kotoran” (H.R. Ibnu Majah).

Shalat merupakan amal yang paling penting untuk diterangkan kepada manusia melalui ucapan dan perbuatan. Rasulullah Saw pernah melakukan shalat diatas mimbar, berdiri dan ruku’ diatasnya, kemudian beliau Saw bersabda kepada para shahabat; “ Aku lakukan ini hanyalah agar supaya kamu sekalian menjadi makmum dibelakangku dan mempelajari shalatku (H.R. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Rasul Saw juga bersabda: “ Shalatlah kalian sebagaimana aku shalat” ( H.R. Bukhari dan Ahmad). 

Dalam beberapa hadits shahih diceritakan bahwa Rasulullah Saw menerima perintah Shalat langsung dari Allah Swt pada waktu peristiwa isra’ mi’raj. Pada awalya shalat yang dibebankan kepada umat Muhammad Saw adalah sebanyak lima puluh waktu. Namun pada saat Nabi Saw bertemu dengan Nabi Musa As, Nabi Musa meminta kepada Muhammad Saw untuk meminta keringanan kepada Allah Swt. Setelah beberapa kali bertemu dengan Allah akhirnya jumlah shalat berkurang dari lima puluh waktu menjadi lima waktu. Dengan demikian shalat yang wajib kita laksanakan sehari semalam adalah shalat lima waktu, yaitu shalat shubuh, dhuhur, ‘ashar, magrib dan ‘isya. 

Meremehkan Shalat

Meskipun shalat lima waktu merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim, namun masih banyak diantara kita yang menganggap enteng shalat. Kita lebih banyak disibukkan dengan kegiatan duniawi sehingga melupakan dan melalaikan shalat yang merupakan tugas pokok kita. Dalam sebuah hadits Rasul Saw menyatakan bahwa shalat merupakan pembatas antara seseorang dengan kekafiran. Dalam hadits lain Rasul juga menegaskan bahwa barang siapa meninggalkan shalat maka sungguh dia telah kafir (ingkar). 

Satu fenomena yang sangat aneh menurut penulis adalah, ketika seluruh stasiun TV menyiarkan Piala dunia, Piala Eropa dan pertandingan lainnya banyak masyarakat kita yang rela bergadang setiap malam hanya untuk menyaksikan “Pertandingan Bola”. Bukan saja anak muda bahkan orang tua yang sudah berumur 80 tahun juga tidak ketinggalan ikut nimbrung dikedai kopi. Mereka tidak peduli walaupun muazzin mengumandangkan azan di depan mereka. Akal mereka telah tumpul dan hati mereka telah mati. Setelah bergadang hingga larut malam pada pagi harinya mereka tidur sepanjang hari. Fenonena ini bisa kita saksikan dimana saja khususnya di Aceh perilaku ini masih dianut oleh sebagian orang. 

Walaupun mayoritas masyarakat Aceh mengaku beragama Islam namun status keislamannya patut dipertanyakan. Masyarakat kita sangat sensitif ketika ada orang yang menghina Islam, namun mereka tidak sadar dan terlupa bahwa mereka sendiri juga telah merusak Islam. Shalat merupakan indentitas yang membedakan antara kita dengan orang-orang kafir. Masyarakat kita juga akan sangat marah jika ada aliran sesat yang masuk ke kampung mereka. Kita bisa lihat sendiri ketika isu aliran sesat terjadi di Aceh beberapa waktu lalu. Masyarakat kita dengan semangat membara mengusir, memukul dan bahkan membakar tempat – tempat yang dituding sebagai markas aliran sesat. Namun apa kita pernah melakukan muhasabah terhadap diri kita sendiri? Semenjak kita dilahirkan kedunia ini kita tidak pernah melaksanakan shalat. Bahkan mungkin ada sebagian dari kita yang sama sekali tidak tahu tata cara shalat. Apakah ini bukan sesat namanya? Wallahul Musta’an

Referensi: (1) Muhammad Amru Ghazali, Buku Pintar Etika Shalat, Aksara Qalbu, 2007. (2) Muhammad Nashieruddin Al – Al Bani, Shifat Shalat Nabi. (3) Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Imam As – Suyuthi, Al Isra’ Wal Mi’raj.

Artikel ini sudah diterbitkan di The Aceh Traffic
loading...

No comments