ATHEIS MENGAKU BERTUHAN


Oleh : Khairil Miswar 

Bireuen, 20 Juni 2011

Atheis adalah sebuah faham yang tidak mengakui Tuhan, baik dari segi keberadaannya maupun perannya dalam mengatur kehidupan umat manusia. Sifat atheis sering muncul akibat rasa kecewa seseorang kepada Tuhan dan akhirnya dia memutuskan untuk tidak berTuhan. Mereka (orang-orang atheis) merasa bahwa Tuhan adalah pelayan baginya, ketika ada keinginannya yang tidak tercapai lantas dia menjadi kecewa dengan Tuhan. Akibat kekecewaannya tersebut muncullah pikiran – pikiran anti Tuhan karena dia mengaggap Tuhan tidak melayaninya. 

Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/ kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. 

Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah , dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18 (tulisdinia.blogspot.com)

Dengan lahirnya faham atheis membuat seseorang tidak takut kepada Tuhan dan dia akan melakukan apa saja tanpa merawa diawasi. Orang atheis akan menolak semua kepercayaan yang ada hubungannya dengan Tuhan seperti hari kiamat dan siksa kubur. Orang-orang atheis tidak takut mati karena mereka menganggap kematian adalah akhir kehidupan yang kosong tanpa adanya pertanggungjawaban. Mereka tidak percaya kepada janji (Surga) maupun ancaman ( neraka ) dari Tuhan. Jadi wajar saja jika mereka berani melakukan apa saja tanpa harus berfikir panjang. Namun demikian sangat sulit untuk menemukan seorang atheis sejati, karena sebejat apapun manusia dalam hati kecilnya dia pasti percaya bahwa Tuhan itu ada.

Atheis BerTuhan

Jika memang atheis itu ada maka orang-orang atheis pantas disebut sebagai para pemberani. Kepada Tuhan saja mereka tidak takut apalagi kepada yang selain Tuhan. Jadi wajar saja jika orang-orang atheis berani melakukan apa saja termasuk melawan Tuhan. Namun yang aneh adalah ketika ada orang-orang yang mengaku berTuhan tapi malah melakukan perbuatan seperti orang atheis. Khususnya di Aceh orang-orang seperti ini lumayan banyak dan tersebar hampir disetiap pelosok desa dan kota. Mereka mengaku umat muhammad Saw bahkan ada yang memproklamirkan diri sebagai keturunan para Aulia tapi tingkah dan perilaku mereka tidak jauh berbeda dengan perangai orang-orang atheis.

Sumber: hehemahita.wordpress.com
Mereka mengkampanyekan diri sebagai pembela Islam dan malah pernah bercita-cita ingin menerapkan hukum Islam di Aceh. Salah satu slogan mereka yang paling populer adalah “ tapeudong daulat Islam di bumo Aceh “. Tetapi tanpa sadar mereka telah merusak cita-cita mereka sendiri. Dalam tulisan singkat ini saya akan mencoba menjelaskan beberapa perilaku yang masuk dalam katagori atheis berTuhan, diantaranya : Pertama, mereka mengaku dirinya seorang muslim dan bahkan mereka rajin beribadah. Tetapi perbuatan mencuri dan merampok masih saja mereka lakukan. Tentunya dengan metode kelas tinggi dan menggunakan strategi mirip pengusaha yang hampir tidak terbaca oleh masyarakat awam. Dengan meniru gaya Marcopolo mereka menjelajahi kantor demi kantor untuk mereka jadikan sebagai ladang tempat mereka memanen harta karun. Hampir tidak ada pimpinan kantor dan perusahaan yang berani melawan misi mereka karena takut mendapat resiko yang lumayan menakutkan. 

Kedua, mereka memproklamirkan diri sebagai pahlawan dan menggap dirinya paling berjasa. Mereka mengganggap orang lain hanyalah budak yang harus siap menerima setiap keputusan yang mereka buat. Setiap kebijakan dan aturan baik yang dibuat oleh pemerintah maupun orang lain harus mendapat persetujuan dari mereka. Seluruh keputusan yang dilahirkan dinegeri ini harus dikonsultasikan dengan mereka. Jika ada keputusan yang tidak cocok dengan pikiran mereka, maka mereka tidak segan-segan untuk menggugatnya meskipun tanpa ada alasan yang jelas. Sebagai contoh aksi menggugat keputusan Mahkamah Konstitusi menyangkut keberadaan calon independen dalam pemilukada mendatang. Hal ini mereka lakukan karena mereka mengganggap dirinya sebagai pahlawan yang diperTuan Agung di negeri ini.

Ketiga, mereka mengaku keturunan ulama dan faham tentang agama tapi mereka setiap saat menebar teror dan intimidasi terhadap masyarakat yang notabene adalah saudaranya sebangsa, setanah air dan seagama. Ucapan Allahu Akbar, Alhamdulillah, Subhanallah selalu terucap dibibir mereka. Kadang-kadang tanpa sadar ucapan tersebut terucap tanpa sengaja pada saat mereka menebar teror. Kehidupan masyarakat menjadi terbelenggu, hak-hak mereka terabaikan begitu saja. Masyarakat merasan hidupnya terawasi dan jauh dari kebebasan. Terlebih lagi pada saat pemilu masyarakat merasa was-was dan tidak bebas dalam menentukan hak pilihnya karena dibayangi oleh rasa takut. Khususnya pada saat pemilu mereka mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk mencari dukungan. Masyarakat hanya dapat pasrah mengikuti peunutoeh yang sudah mereka buat. 

Dari beberapa ciri diatas semoga saja kita dapat mengenali orang-orang yang menjadikan agama sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Mereka mengaku sebagai orang beragama dan pembela Islam tetapi perilaku mereka tidak jauh berbeda dengan orang-orang atheis. Mereka shalat sambil meneror dan mereka berzikir sambil mengancam. Nyanban. Wallahu `Alam.

Artikel ini sudah pernah diterbitkan di Harian Aceh


loading...

No comments