Adili Ahok!

Oleh: Khairil Miswar 

Banda Aceh, 16 Oktober 2016

Sumber Foto: LinkedIn

Pasca pernyataannya yang kontroversial dan dianggap menistakan Islam – Ahok terus saja “diserang” dari segala penjuru oleh umat Islam Indonesia. Statemen Ahok terkait surat Al-Maidah ayat 51 telah memicu terjadinya reaksi keras dari kaum muslimin. Dalam pernyataannya, yang kemudian tersebar luas melalui media sosial – Ahok disebut-sebut telah melakukan penistaan terhadap agama dan juga “pelecehan” terhadap para tokoh agama (ulama). Pada awalnya, Ahok bersikukuh bahwa dirinya tidak berniat menistakan Alquran. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Ahok secara resmi meminta maaf kepada umat Islam.

Pasca permintaan maaf yang dilakukan Ahok, reaksi umat Islam terus berlanjut dan meminta Ahok diproses hukum karena dianggap telah melakukan penistaan agama. Ahok disebut-sebut telah melanggar UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/ atau Penodaan Agama. Dalam pernyataannya pada 11 Oktober 2016, sebagaimana dirilis pos-metro.com, Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas juga menyatakan bahwa Ahok telah menghina Alquran atau menghina ulama sehingga harus diproses sesuai hukum yang berlaku. Berkembang pula informasi, pasca pernyataannya tersebut MUI juga mengalami tekanan agar mencabut sikapnya.

Perlawanan terhadap Ahok terus bergelora di berbagai wilayah Indonesia. Dikabarkan bahwa di Jakarta ribuan umat Islam menggelar demonstrasi guna mendesak agar Ahok diproses hukum. Pos-metro.com juga meriwayatkan bahwa Habib Rizieq dalam orasinya meminta polisi untuk menangkap Ahok, atau akan dibunuh. Di Kota Medan, keluarga besar Ikatan Pelajar Al-Washliyah juga melakukan aksi pengusiran terhadap Ahok yang kononnya berkunjung ke daerah tersebut. Aksi demonstrasi yang menuntut penangkapan terhadap Ahok juga terjadi di Bandung, Samarinda, Madura, Tegal, Solo dan berbagai daerah lainnya yang tidak semuanya terliput media. 

Baru-baru ini, aksi tolak Ahok juga mulai merembes ke Aceh. Seperti dirilis aceh.tribunnews.com, puluhan mahasiswa di Lhokseumawe yang menamakan dirinya Gerakan Mahasiswa Serambi Mekkah melakukan demonstrasi di Tugu Rencong Kuta Blang. Dalam demonstrasi tersebut mereka mendesak Kapolri untuk melakukan proses hukum terhadap Ahok. Gerakan tolak Ahok seperti dicatat Serambi Indonesia (15/10/16), juga berlangsung di depan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang dimotori oleh FPI Aceh dan beberapa elemen masyarakat lainnya. 

Bukan Benci Cina

Aksi perlawanan yang dilakukan oleh kaum muslimin Indonesia terhadap statemen “provokatif” Ahok tidak bisa serta merta diinterpretasikan sebagai perlawanan terhadap etnis Cina. Melawan Ahok dan membenci Cina adalah dua hal yang berbeda. Jika ditelisik, gerakan anti Ahok pada awalnya didasari oleh persoalan teologis (agama), di mana Ahok dianggap telah menghina Alquran. Namun dalam perkembangan selanjutnya, status Ahok sebagai salah seorang bakal calon gubernur DKI, tentunya akan memberikan peluang bagi para rival politiknya untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. “Penghinaan” yang dilakukan oleh Ahok terhadap Alquran dalam posisinya sebagai bakal calon gubernur telah memberi ruang bagi bertemunya dua kepentingan – yaitu kepentingan teologis (agama) dan kepentingan politik untuk secara bersama-sama menolak Ahok demi kepentingannya masing-masing. 

Sementara itu, ada pula segelintir pihak yang mencoba menghubungkan secara paksa antara penolakan Ahok dengan isu anti Cina. Gejala ini terlihat jelas melalui beberapa status para netizen di media sosial seperti facebook. Sebuah akun facebook milik netizen Aceh membuat sebuah postingan: “jika Ahok tidak ditangkap, jangan salahkan kami nanti, Cina-Cina di Aceh kami hilangkan satu persatu.” Pernyataan ini tentunya sangat berbahaya karena telah melakukan penggiringan agar masyarakat anti Cina. Padahal, pernyataan Ahok terkait surat Al-Maidah ayat 51 adalah sikap pribadi Ahok, bukan representasi sikap etnis Cina. Bahkan tokoh-tokoh Tionghua di Indonesia juga turut mengecam tindakan Ahok tersebut.

Gerakan tolak Ahok didasari oleh sentimen keagamaan, bukan sentimen etnis sehingga tidak ada alasan untuk menebar kebencian terhadap etnis. Islam adalah agama universal, agama lintas bangsa, lintas budaya dan lintas benua. Islam tidak hanya milik masyarakat Arab, apalagi masyarakat Indonesia atau masyarakat Aceh saja. Persaudaraan yang dikampanyekan Islam adalah persaudaraan di bawah panji-panji Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial, suku, bangsa dan warna kulit.

Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan bahwa Islam telah masuk ke daratan Cina pada awal abad ke 7 Masehi. Menurut riwayat yang berkembang, Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah seorang sahabat Nabi yang menyebarkan Islam ke Cina. Sejak saat itu Islam mulai berkembang di Cina meskipun populasi umat Islam masih minoritas. Fakta ini seharusnya menjadi bukti, bahwa Islam adalah agama universal, bukan agama etnis. Dan Cina tidak selamanya identik dengan “kafir”, seperti Arab yang tidak selalu identik dengan muslim. Artinya, meskipun Cina dikenal sebagai sebuah bangsa yang memiliki peradaban tersendiri (peradaban Tionghua), namun tidak bisa disangkal bahwa sebagian kecil etnis Cina juga berstatus sebagai muslim. Demikian pula bangsa Arab, meskipun Islam diturunkan di sana, namun tidak dapat dipungkiri ada secuil masyarakat Arab yang berstatus sebagai non muslim (kafir).

Ketika Islam dihina, tidak hanya masyarakat Indonesia atau pun masyarakat Aceh yang gerah, tetapi seluruh kaum muslimin di seluruh pelosok bumi ini akan bangkit melakukan perlawanan. Seandainya Islam itu agama etnis, maka sungguh orang Arablah yang paling berhak marah ketika Islam dihina, bukan orang Indonesia atau orang Aceh, tetapi kenyataannya tidak demikian.

Ulasan sederhana di atas mencoba mengajak kita semua untuk bijak dan arif dalam bertindak serta menanggalkan sikap ashabiyah. Islam telah merubuhkan tembok-tembok ashabiyah dan menggantinya dengan ukhuwah Islamiyah sebagai manifestasi bangunan kasih sayang sesama muslim. Dengan demikian pahamlah kita bahwa menolak Ahok tidak secara otomatis menjadikan kita anti Cina. 

Di akhir tulisan ini, kita juga berharap agar umat Islam selalu bersatu dalam segala keadaan. Artinya, persatuan itu tidak hanya muncul untuk melawan kekafiran, tetapi persatuan juga harus senantiasa menyertai kita dalam membangun peradaban dan juga menebar kasih sayang di muka bumi.

Adapun kepada penegak hukum, kita berharap agar Ahok dapat diadili di muka hukum demi tegaknya hukum itu sendiri. Siapa pun harus diperlakukan sama di depan hukum, tidak terkecuali Ahok yang diduga telah menistakan Alquran dan menghina ulama. Wallahul Musta’an.

Artikel ini sudah diterbitkan di Serambi Indonesia

loading...

No comments