Pemimpin “Teler”

Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 15 Maret 2016

Ilustrasi. Sumber Foto: perongratis.blogspot.com

Bagai jamur di musim hujan, peredaran dan juga konsumsi narkoba terus saja meningkat dari hari ke hari. Seperti kata pepatah “patah tumbuh hilang berganti.” Serupa pula dengan pepatah lain “mati satu tumbuh seribu.” Semakin diungkap semakin lihai. Satu pelaku ditangkap, ratusan lainnya bermunculan. Satu “markas” digrebeg, puluhan “markas” lainnya bertebaran, hampir di seluruh pelosok tanah air. Dari segi semangat, bandit-bandit narkoba ini patut diacungi jempol, tanpa rasa takut, tanpa segan dan tanpa rasa malu mereka terus menunjukkan eksistensinya. Begitulah! 

Sebagaimana telah sering diulas oleh banyak penulis, bahwa narkoba tidak hanya menyasar kalangan remaja yang sedang mencari jati diri, tetapi virus narkoba juga menyerang insan-insan “terhormat” semisal anggota DPR, pejabat negara, prajurit-prajurit handal dan juga aparat penegak hukum itu sendiri. Narkoba tidak hanya menyerbu kalangan awam yang miskin pengetahuan, tetapi juga menghantam kalangan intelektual yang minus moral. Dari hari ke hari penyebaran narkoba semakin masif dan hampir tidak terbendung. Kita benar-benar sudah dikepung oleh narkoba. 

Baru-baru ini publik Indonesia dibuat tersentak dan bahkan geleng-geleng kepala dengan tertangkapnya Bupati Ogan Ilir Sumatera Selatan oleh BNN di rumahnya yang diduga kuat sedang menggelar pesta sabu bersama rekan-rekannya. Menurut Kepala BNN, Budi Waseso, sebagaimana dirilis news.liputan6.com, meskipun tidak ditemukan barang bukti di lokasi, namun berdasarkan hasil tes urine menujukkan bahwa oknum Bupati dan rekan-rekannya positif memakai narkoba. Bahkan menurut media, PNS di salah satu rumah sakit jiwa di Palembang mengaku sering memasok narkoba kepada sang oknum Bupati. Jika pengakuan ini benar, maka hampir dapat disimpulkan bahwa penggunaan narkoba oleh yang bersangkutan bukanlah insidentil, tetapi sudah menjadi hobi alias makanan sehari-hari. Benar-benar memalukan!

Menurut kabar yang berkembang, oknum Bupati Ogan Ilir tersebut adalah bupati termuda di Indonesia yang baru berusia 27 tahun. Menjadi bupati dalam usia muda tentunya sangat membanggakan, karena negeri ini membutuhkan tangan-tangan muda untuk melakukan perubahan. Namun apa jadinya jika tangan-tangan muda yang menjadi harapan bangsa tersebut adalah penikmat narkoba? Tentu tragis bukan?

Muda, ganteng, kaya, energik dan cerdas secara intelektual saja tidak cukup sebagai modal untuk menjadi pemimpin jika tidak dilengkapi dengan kecerdasan moral. Terjebak dalam pusaran narkoba merupakan salah satu bukti bahwa orang tersebut mengalami cacat moral. Tipe seperti ini tentunya tidak layak menjadi pemimpin. 

Pemimpin dan Narkoba

Pemimpin merupakan simbol yang mempersatukan rakyat. Pemimpin adalah sosok yang mengayomi dan menjadi teladan bagi rakyatnya. Jika pemimpin itu baik, maka dia akan ditaati, sebaliknya jika pemimpin itu buruk maka dia akan diingkari oleh rakyatnya sendiri. Selain itu, pemimpin juga punya tanggung jawab besar untuk mengawal kehidupan rakyatnya. Sebelum memimpin orang banyak, terlebih dulu dia harus mampu memimpin dirinya. 

Untuk menjadi pemimpin tidaklah mudah, butuh perjuangan dan proses panjang. Dalam negara demokrasi seperti Indonesia, siapa pun dan dari kalangan manapun memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjadi pemimpin, baik pemimpin negara maupun pemimpin daerah. Selama ia mencukupi syarat sebagaimana diatur undang-undang dan juga didukung oleh publik serta melalui prosedur tertentu, maka kesempatan untuk menjadi pemimpin akan tetap terbuka bagi siapa pun.

Salah satu syarat menjadi pemimpin dalam negara demokrasi adalah sehat jasmani dan rohani. Berbeda halnya dengan negara monarki absolut, persyaratan ini tidak dibutuhkan. Di negara monarki absolut bahkan anak kecil pun bisa menjadi pewaris tahta kepemimpinan secara turun-temurun tanpa perlu dipilih oleh orang banyak.

Kesehatan jasmani dan rohani sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam mengurus rakyatnya. Seseorang yang rusak akalnya tentu tidak bisa dan tidak layak menjadi pemimpin. Pemimpin yang rusak akalnya akibat narkoba hanya akan menambah kesengsaraan rakyat karena dia tidak akan mampu memikirkan nasib rakyatnya. 

Tragedi yang menimpa seorang Bupati di Ogan Ilir baru-baru ini yang diciduk saat berpesta narkoba sungguh sangat memalukan dan melukai hati rakyat. Oknum bupati tersebut telah menyia-nyiakan amanah dan kepercayaan rakyat yang telah memilihnya. Sebagai seorang pemimpin, seharusnya oknum bupati tersebut dapat membimbing rakyatnya, bukan justru memberikan contoh yang buruk kepada rakyat. Bagi seorang pemimpin, narkoba tidak hanya sekedar kejahatan, tapi juga aib yang semestinya dihindari. Bagaimana hendak melawan narkoba, jika bupatinya saja pecandu narkoba? 

Di sisi lain, kita juga tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika seorang pemimpin semisal bupati atau pun gubernur memimpin daerah dalam keadaan “teler.” Sudah pasti kebijakan yang dilahirkannya adalah kebijakan “teler.” Dan pembangunan yang digagas juga pembangunan “teler.” Kondisi semacam ini jika benar-benar terjadi tentunya akan merugikan rakyat.

Terus Perangi Narkoba

Tragedi yang menimpa oknum bupati Ogan Ilir telah menambah rentetan pejabat yang terjerat narkoba. Jika ditelusuri mungkin angka penggunaan narkoba di lingkungan pejabat akan terus bertambah. Ini menjadi bukti bahwa negara kita sudah benar-benar darurat narkoba sehingga membutuhkan penanganan serius. 

Di sisi lain, apa yang terjadi pada oknum bupati Ogan Ilir harus menjadi pembelajaran politik bagi rakyat dalam memilih pemimpin. Demikian juga dengan penyelenggaran pemilu agar lebih ketat dalam melakukan pemeriksaan terhadap calon-calon pemimpin agar tidak kembali kecolongan. Siapa saja yang memiliki riwayat narkoba dalam skala kecil sekali pun harus didiskualifikasi dari bursa pencalonan. Rakyat juga harus lebih selektif dalam memilih pemimpin, karena kita tidak ingin dipimpin oleh pemimpin “teler” yang mengendalikan dirinya sendiri saja tidak mampu. Wallahu A’lam.

Artikel ini sudah diterbitkan di Harian Waspada Medan

loading...

No comments