Antara Zikir dan Caci Maki

(Respon Terhadap Pidato Syaih Muda Samunzir bin Husein)

Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 09 Desember 2015

Syaikh Samunzir bin Husein
Sumber Foto: majeliszikrullahaceh.com
Seorang teman (entah sengaja atau tidak) menandai saya dalam satu video yang diupload via media youtube dengan tajuk “Cerapa Ustaz Samunzir Saat Milad GAM Ke-39”. Pada awalnya saya tidak begitu merespon video tersebut karena paket internet saya lagi kritis. Saya baru menikmati video tersebut keesokan harinya setelah membeli kartu internet di kedai Bang Li. Dengan mengucapkan bismillah saya pun memutar video tersebut. Setelah mendengar dengan tekun, dan mengulang beberapa bagian yang penting, saya pun mengakhiri tontonan dengan mengucapkan astagfirullah.


Saya sempat mencatat beberapa “kata kunci” yang digunakan oleh Syaikh Samunzir saat berpidato di depan para hadirin. Tapi kata-kata kunci itu tidak mungkin saya tuliskan di sini, karena saya takut tulisan ini dibaca oleh anak-anak, bisa kacau nantinya. Di lihat dari gaya pidato, sosok Samunzir memang layak disebut sebagai orator ulung. Mungkin hanya Soekarno yang bisa mengalahkan gaya beliau, itu dari segi gaya. Dari segi materi, saya lihat tidak ada yang luar biasa, mungkin hampir serupa dengan materi P4 masa Soeharto, sedikit doktrinal. Kemudian tentang pemakaian mufradat, ini menarik, karena kita banyak menemukan kata-kata langka yang tidak akan pernah kita temukan di kamus manapun. Bagi orang Aceh, tentu kata-kata tersebut tidak begitu asing, karena sering dipakai oleh orang kesurupan dan pemuda-pemuda mabuk yang kalah judi.

Secara pribadi, saya tidak kenal dengan Syaikh Samunzir bin Husein dan juga tidak banyak tahu tentang biografi beliau, hal ini terbilang wajar, karena dalam sejumlah buku biografi yang saya baca, saya tidak menemukan nama beliau. Saya cuma tahu sedikit tentang beliau melalui kolom-kolom pengumuman di surat kabar yang mengajak orang ramai untuk berzikir. Meskipun secara pribadi saya kurang tertarik dengan zikir model itu, tapi sebagai sebuah fenomena baru yang berhasil mempengaruhi banyak orang, saya menyatakan salut kepada Syaikh Samunzir. Dalam waktu yang lumayan singkat, pengikutnya sudah ribuan. Tapi penting dicatat, bahwa saya bukan salut pada model zikirnya, tetapi salut kepada keberhasilannya dalam menanamkan pengaruh kepada para penggemarnya.

Dalam tulisan ini, saya tidak punya kewenangan untuk memberi penilaian terhadap model zikir yang dikembangkan oleh Samunzir. Dalam negara demokrasi yang serba bebas, setiap orang berhak melakukan apapun yang diyakininya selama hal tersebut tidak mengganggu ketertiban umum dan tidak melanggar undang-undang yang berlaku. Namun demikian, saya cuma ingin mengoreksi “kata-kata kotor” yang digunakan oleh Samunzir dalam pidatonya beberapa hari lalu, bukan sebagai hakim, tapi hanya sebatas mengamalkan perintah Allah dan Rasul untuk saling menasehati. Hari ini Samunzir tersilap, mungkin besok kesilapan itu akan menimpa kita. Na’uzubillah.

Sebagai seorang yang identik dengan zikir, seharusnya Samunzir cerdas dalam memilih kata-kata dan juga harus bijak dalam menggunakan bahasa. Saya tidak sanggup membayangkan bagaimana jadinya jika “kata-kata kotor” yang digunakan oleh Samunzir itu didengar oleh anak-anak yang baru belajar bicara. Tentunya kata-kata itu akan menjadi virus yang dapat merusak tata bahasa mereka (anak) di kemudian hari. Lebih membingungkan lagi jika “kata-kata kotor” itu di dengar oleh remaja yang sedang beranjak dewasa. Tentu mereka akan sulit membedakan antara seorang ‘alim-ahlu zikir dengan pemuda mabuk kalah judi alias Apa Breu’a Breu ‘u disebabkan oleh pola komunikasi yang sama alias identik seperti pinang tak terbelah.

Jika kata-kata kotor itu keluar dari mulut orang kesurupan, mungkin masih bisa dimaklumi karena kesadarannya telah hilang. Tapi, bagaimana jadinya jika kata-kata tersebut keluar dari mulut ahlu zikir berpakaian putih ala Arab plus surban? Dan panutan pula? Parahnya lagi jika kata-kata tersebut didengar oleh para jamaa’h zikir yang “baru taubat”, dipikirnya kata-kata yang semisal (maaf) ekboh itulah yang disebut zikir. Akhirnya bercampur-aduklah antara zikir dan caci maki. Kalau sudah begini apa nak buat?

Dalam sebuah hadits, Rasul pernah bersabda bahwa seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan bukan orang yang suka melaknat serta bukan orang yang suka bicara jorok dan kotor. Kerana saya yakin seyakin-yakinnya bahwa Samunzir telah tersilap, maka saya mengajak Samunzir untuk bertaqwa kepada Allah dan segera meninggalkan kata-kata yang tidak mencerminkan akhlak seorang muslim. Wallahul Musta’an.[]
loading...

14 comments:

  1. Semua manusia tiada yg sempurna , baik itu ulama atau orang awam, baik dalam cara penyampaian dakwah atau sikap sehari2. metode yg diajarkan Nabi SAW, adalah merujuk kepada firman Allah " berdakwahlah di jalanku (serulah mereka) dengan hikmah dan maw'izah) yg seharusnya kita tauladani. namun jika ada metode lain seperti yg disampaikan tgk. Samunzir dengan kata2 "mutiara" dalam bahasa aceh, itu adalah suatu kelemahan/kekurangan. namun di sisi lain banyak kelebihan. di antaranya telah berhasil mengajak ribuan jama'ah dari berbagai kalanganun (rakyat biasa, PNS, preman, anak punk, dll) tuk berzikir kepada Allah SWT. jadi kita lihat sisi positifnya sajalah terlebih dahulu, tidak mencari kejelekan2kan. dan mudah2han juga tgk. Samunzir kita do'akan mudah2han ke depan dalam dakwahnya menggunakan kata2 Mutiara yang tidak dalam tanda kutip di atas tadi. dan semoga beliau sehat selalu dan dalam lindungan Allah SWT. "LEBIH BANYAK MANFAAT DARI PADA MUDHARAT= LANJUTKAN PERJUANGANMU TGK. SAMUNZIR"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedikit berbagi pengalaman siapa tau bermanfaat
      Sudah berkali-kali saya mencari tempat yang menyediakan pesugihan, mungkin lebihdari 15 kali saya mencari paranormal mulai dari daerah jawa Garut, Sukabumi, cirebon, semarang, hingga pernah sampai ke bali , namun tidak satupun berhasil, suatu hari saya sedang iseng buka-buka internet dan menemukan website ustad.hakim
      www.pesugihan-islami88.blogspot.co.id
      sebenarnya saya ragu-ragu jangan sampai sama dengan yang lainnya tidak ada hasil juga, saya coba konsultasikan dan bertanya meminta petunjuk pesugihan apa yang bagus dan cepat untuk saya, nasehatnya pada saya hanya di suruh YAKIN dan melaksanakan apa yang di sampaikan pak.ustad, Semua petunjuk saya ikuti dan hanya 1 hari Alhamdulilah akhirnya 5M yang saya tunggu-tunggu tidak mengecewakan, yang di janjikan cair keesokan harinya, kini saya sudah melunasi hutang-hutang saya dan saat ini saya sudah memiliki usaha sendiri di jakarta, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya sering menyarankan untuk menghubungi ustad.hakim bawazier di 085210335409 agar di berikan arahan

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Perkataan adalah cerminan hati, bila hatinya baik kata2nya juga ikut baik

    ReplyDelete
  5. Bahwa esensi dari kita beragama islam adalah islam rahmatanlilalamin, rahmat bg sekalian alam... Kita telah mempertontonkan sebuah kekhilafan dlm berdakwah tentang islam... Kita telah terlena dgn simbol ibadah tp kita melupakan akhlak sopan santun yg menjadi ciri dari seorang muslim yg baik. Bukan krn baju anda jubah, jenggot anda panjang dan dahi anda hitam adlh seorang muslim yg baik, muslim yg baik adalah dpt menjadi tauladan dan memiliki moral, adab dan akhlak yg mulia.

    ReplyDelete
  6. mungkin kalau syeikh yg d sebutkan sudah menikah, syeikh trsebut bsa lebih tenang...
    karena menikah itu menenangkan...
    *gagal fokus :P

    ReplyDelete
  7. Ketika masalah agama dicampur-adukkan dengan masalah politik, beginilah jadinya.

    ReplyDelete
  8. sabar..allah akan pasti menunjuk kan kita yg baik..

    ReplyDelete
  9. sabar..allah akan pasti menunjuk kan kita yg baik..

    ReplyDelete
  10. Perkataan adalah do'a. Kata yg baik akan mendoakan yg baik pula, bgtu jg sebaliknya.

    ReplyDelete
  11. kiban ta peugah ahlu zikir meunyoe teumeunah yang jeut keu zikir... astafirulllah..... parah2

    ReplyDelete