Menjawab Kegundahan Muhammad Iqbal Jalil Cs terhadap Wahabi

Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 12 Agustus 2015


Dalam status facebooknya tertanggal 09 Agustus 2015, Al-Imam Al-Muhaddits Al-‘Allamah Asy-Syaikhul Akbar Al-Mukarram Muhammad Iqbal Jalil Hafidhahullah kembali mengeluarkan “fatwa” mencengangkan dengan menyebut bahwa “Aceh Darurat Aqidah”. Satu “fatwa” yang patut diacungi jempol oleh semua pihak. Fatwa tersebut bukanlah sembarang fatwa karena ia lahir dari hasil ijtihad mendalam seorang ‘alim besar nan wara’, seorang maha guru bernama Muhammad Iqbal Jalil. 

Dalam fatwanya kali ini, Asy-Syaikh Muhammad Iqbal Jalil menyatakan keresahannya atas kehadiran beberapa ulama dari Darul Hadits Yaman yang oleh Abuya Muhammad Iqbal Jalil disebut sebagai Wahabi Radikal. Dengan sangat “emosional”, Abuya Muhammad Iqbal Jalil menulis: “kemana rakyat Aceh? Di mana pemimpin Aceh? Sebegitu lemahkah kita hari ini hingga tega membiarkan negeri mulia ini dijamahi oleh mereka (Wahabi)”, demikianlah potongan “fatwa” dari Al-Mujahid Muhammad Iqbal Jalil.

Kononnya, keresahan Asy-Syaikh Muhammad Iqbal Jalil ini dilatarbelakangi oleh kehadiran ulama Yaman ke Aceh, yaitu Asy-Syaikh ‘Utsman As-Salimy dan Asy-Syaikh Ahmad Syamlan Ar-Roda’i. Agenda tabligh akbar yang diisi oleh ulama tersebut kononnya dilaksanakan di Mesjid Jami’ Unsyiah, Mesjid Agung Al-Makmur Lampriek, Mesjid Ibn Sina RSUZA dan Mesjid Pulo Raya. Adapun di Mesjid yang disebut terakhir nampaknya gagal dilaksanakan daurah akibat tidak adanya izin dari Muspika Titeu Kabupaten Pidie. Informasi tentang gagalnya acara ini tersebar via facebook dengan beredarnya surat yang ditandangani Muspika Pidie.


“Fatwa unik” yang dikeluarkan oleh Asy-Syaikh Muhammad Iqbal Jalil kali ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, di awal tahun 2015, Paduka Yang Mulia Muhammad Iqbal Jalil juga pernah menunjukkan keresahan serupa dengan tulisannya di rubrik droe keu droe Harian Serambi Indonesia. Saat itu, Yang Dipertuan Agong Muhammad Iqbal Jalil menyatakan keberatannya atas kehadiran Ulama Arab Saudi, Syaikh Adil Al-Kalbani. Namun berkat pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla, segala tuduhan dan tudingan yang dilontarkan oleh Abuya Muhammad Iqbal Jalil terhadap Syaikh Adil Al-Kalbani menjadi tidak terbukti. Uniknya lagi, Syaikh Al-Kalbani justru telah mempraktekkan sikap toleransi yang sedianya tidak pernah terlintas di pikiran Al-Imam Muhammad Iqbal Jalil. (Baca di Sini)

Sebagai seorang awam yang terpaksa “menceburkan diri” dalam perdebatan ini, saya menawarkan dua solusi kepada Al-Imam Muhammad Iqbal Jalil guna menyikapi perkembangan dakwah Salafiyah di Aceh yang dalam “mufradat” Muhammad Iqbal Jalil disebut dengan Wahabi. Pertama, silahkan Tuanku Imam Muhammad Iqbal Jalil mengirim surat terbuka kepada ulama-ulama Saudi atau ulama Yaman guna melaksanakan debat terbuka dengan mereka. Kedua, jika debat ilmiah tidak mungkin dilaksanakan, maka saya menawarkan solusi lain yang mungkin agak “ekstrim”, yaitu dengan cara menyerukan “jihad” melawan Wahabi.

Debat Terbuka

Untuk menghilangkan keresahan dan kegundahan yang melanda batin Abuya Muhammad Iqbal Jalil, akan lebih elok jika dilakukan debat terbuka antara Al-Imam Muhammad Iqbal Jalil dengan para ulama Salafi (Wahabi). Hal ini penting, agar Abuya Muhammad Iqbal Jalil bisa mengupas secara elegan, lugas dan tuntas berbagai “dosa” dan “kesesatan” Wahabi di depan publik, sebagaimana hal ini sudah sangat sering dikampanyekan oleh Muhammad Iqbal Jalil dalam berbagai kesempatan

Saya super yakin, bahwa kefaqihan Asy-Syaikh Muhammad Iqbal Jalil sudah sangat teruji dan mumpuni, sehingga akan membuat ulama-ulama Wahabi kewalahan dan harus pulang ke negerinya dengan rasa kecewa. Saya yakin, ulama-ulama Wahabi akan merasa malu dan tidak akan berani lagi menginjakkan kakinya di Aceh setelah “kalah tarung” dengan Muhammad Iqbal Jalil. 

Keberhasilan dalam debat ilmiah antara Abuya Muhammad Iqbal Jalil dengan ulama-ulama Wahabi tentu nantinya akan menjadi catatan sejarah yang sangat berharga, di mana ulama-ulama Yaman dan Mekkah akan dibuat malu di Serambi Mekkah. Bukankah ini satu prestasi besar yang patut diukir dengan tinta emas? Dan bukan tidak mungkin, suatu masa nanti, Abuya Muhammad Iqbal Jalil akan dikenal sebagai sosok kharismatik di Aceh, satu lebel yang mungkin sangat dinanti-nanti oleh Yang Mulia Muhammad Iqbal Jalil.

Namun, jika Asy-Syaikh Muhammad Iqbal Jalil tidak berkenan melakukan debat ilmiah dengan ulama Wahabi secara terbuka di hadapan publik, maka saya sarankan untuk berhenti saja menuding Wahabi sebagai sesat, ekstrim dan radikal. Hal ini lebih baik demi menjaga ukhuwah Islamiyah, sebagaimana dipesankan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam.

Jihad fi Sabilillah

Seandainya debat ilmiah sulit untuk direalisasikan oleh Abuya Muhammad Iqbal Jalil, maka saya sarankan agar beralih kepada solusi kedua, yaitu “jihad”. Jika memang Al-Mujahid Muhammad Iqbal Jalil yakin bahwa Wahabi adalah sesat dan menyesatkan maka tidak ada halangan untuk menyerukan jihad melawan Wahabi. Mari susun kekuatan guna memerangi Wahabi sampai ke akar-akarnya. Jangan biarkan Wahabi merusak akidah kaum muslimin.

Ayo jangan lagi berlama-lama. Bukankah pahala syahid itu cukup besar? Bukankah bidadari akan menunggu orang-orang yang syahid fi sabilillah? Lantas kenapa Abuya Muhammad Iqbal Jalil masih ragu? Mari serukan jihad kepada kaum muslimin untuk merebut Mekkah dan Madinah dari Wahabi! Mari kita taklukkan Masjidil Haram, kita usir Wahabi dari Haramaian. Jangan biarkan Wahabi menebar “kesesatan” di tanah suci. Bukankah Abuya Muhammad Iqbal Jalil sangat gemar menyebut Wahabi sebagai “tanduk setan”. Ayo kita patahkan tanduk setan itu! Ayo tunjukkan semangat jihadmu! Bukankah Wahabi itu produk “Mister Hemper”? Ayo hilangkan keraguan dan bersatulah! Mari berjihad membela kebenaran dan mengalahkan kebathilan. Ayo hancurkan Wahabi sampai titik darah penghabisan!

Tapi, jika memang Al-Imam Muhammad Iqbal Jalil masih ragu dengan fatwanya sendiri dan enggan untuk berjihad, maka saya sarankan untuk menyudahi saja celaan kepada Wahabi, karena Allah dan RasulNya melarang kita untuk mencela sesama muslim. Lagi pula belum tentu yang mencela itu lebih baik dari yang dicela. Wallahul Musta’an.

*Note: Jika ada yang tidak sepakat dengan tulisan ini, dipersilahkan membuat tulisan tandingan secara terhormat tanpa caci maki.
loading...

5 comments:

  1. Peu nejak toh ek lam uroe tarek
    Kuliah meu palet2, aba ube raya

    ReplyDelete
  2. Terlalu cepatnya seorang tukang ceramah menfatwakan sesat terhadap seorang ulama,
    lebih alimkah dia, yang saya perhatikan sekarang orang2 banyak mencela dan mencaci dakwah salafiyah dengan kata2 kotor dan kasar..
    mengucapkan kata2 kasar sangat mudah, cukup dengan beberapa kosa kata..
    contohnya tulisan pada blog ini yang begitu baik dan bagus ditulis dan dicela hanya dengan 2 baris kalimat komentar di atas..
    sebegitu mudahnya mencela orang..
    model cela mencela, hujat menghujat, berkata kotor dan kasar tidak akan kita temukan pada jama'ah prngajian Salafiyah..
    semoga terbuka pikiran kita, sehingga dapat menilai dengan hati yang bersih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ne hah aju. .
      Sang2 wate ne tuleh lage nyan intelek raya di gata. .
      Sang na keneng buklam
      Menye na ureng tanggapi pekateun bak blog nyoe jet ke panyang piasan jih,
      Alah hy ma ee
      Hebat raya. ,
      Ka kabela ngen keuh ehh

      Delete
  3. Terlalu cepatnya seorang tukang ceramah menfatwakan sesat terhadap seorang ulama,
    lebih alimkah dia, yang saya perhatikan sekarang orang2 banyak mencela dan mencaci dakwah salafiyah dengan kata2 kotor dan kasar..
    mengucapkan kata2 kasar sangat mudah, cukup dengan beberapa kosa kata..
    contohnya tulisan pada blog ini yang begitu baik dan bagus ditulis dan dicela hanya dengan 2 baris kalimat komentar di atas..
    sebegitu mudahnya mencela orang..
    model cela mencela, hujat menghujat, berkata kotor dan kasar tidak akan kita temukan pada jama'ah prngajian Salafiyah..
    semoga terbuka pikiran kita, sehingga dapat menilai dengan hati yang bersih..

    ReplyDelete
  4. yang tuleh artikle ureng wahabi pungou

    ReplyDelete