Untuk Apa Menulis?

Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 02 Mei 2015

Khairil Miswar. Foto Tahun 2013
Kira-kira apa yang harus kita jawab jika pertanyaan ini diajukan kepada kita? Tentu, masing-masing kita punya jawaban yang beragam dan tidak mesti sama. Silahkan jawab sendiri-sendiri dan tulis jawaban anda di kertas, kemudian anda baca sendiri supaya anda tahu untuk apa anda menulis. 

Sepanjang yang saya ketahui, ada beragam tujuan dalam menulis. Sekedar contoh: (1) Menulis untuk menyampaikan pelajaran; biasanya dilakukan oleh guru di sekolah. Sarana yang biasa digunakan adalah papan tulis dan spidol. (2) Menulis karena diperintahkan oleh guru; ini hanya berlaku pada pelajar di sekolah, seperti menulis PR, latihan matematika, dll (3) Menulis untuk mengungkapkan isi hati kepada seseorang; biasanya menulis jenis ini digemari oleh anak-anak remaja, seperti surat cinta, dll (4) Menulis untuk meninggalkan pesan terakhir; ini adalah model menulis paling ngetren bagi orang yang akan bunuh diri. (5) Menulis untuk wasiat; praktik menulis ini biasanya dilakukan oleh orang tua untuk menulis pesan tertentu agar dipatuhi oleh anak-anaknya apabila si orang tua sudah meninggal. (6) Menulis untuk perceraian; biasanya aksi menulis model ini dilakukan oleh seorang suami yang mungkin sudah “bosan” dengan istrinya atau pun karena sebab-sebab lain yang belum diketahui atau karena sebab yang lagi “dicari-cari”. (7) Menulis untuk menyampaikan sebuah berita; menulis jenis ini sering dilakukan oleh jurnalis/wartawan. (8) Menulis untuk mendapatkan gelar akademik; menulis tipe ini merupakan sarana untuk memperoleh gelar akademik dalam dunia pendidikan formal. Beberapa model tulisan dalam katagori ini adalah: Skripsi untuk Sarjana, Tesis untuk Magister dan Disertasi untuk Doktor. (9) Menulis sebagai petunjuk membeli obat; model ini hanya bisa dilakukan oleh dokter dan hasil “karyanya” tersebut bernama resep. (10) Menulis untuk mengungkapkan kejadian di masa lalu; dilakukan oleh sejarawan (11) Menulis untuk melakukan propaganda; biasanya dilakukan oleh provokator dengan cara menulis selebaran gelap (12) dll.

Penting juga diketahui bahwa menulis merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan dunia. Dalam dunia Islam dikenal nama Yusuf Al-Qardhawi, Aidh Al-Qarni, Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman, Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim Al-Jauziyah dan tokoh-tokoh besar lainnya. Di Indonesia kita kenal HAMKA yang telah berhasil “menenggelamkan” Kapal Van Der Wijck dan Muhammad Natsir yang rajin “berbalas pantun” dengan Soekarno, juga sederetan nama lainnya. Di Aceh ada Hasbi Ash-Shiddiqiy dan Ali Hasyimi. Dari mana kita kenal mereka? Tentunya dari tulisan-tulisan mereka.

Kembali kepada pertanyaan di atas. Untuk apa menulis? Jika pertanyaan ini dihadapkan pada saya, maka saya akan menjawab sesuai selera saya, demikian pula jika pertanyaan tersebut “dipersembahkan” kepada anda, tentu jawabannya akan berbeda pula.

Bagi saya – sama halnya dengan beberapa penulis lain, tujuan utama menulis adalah untuk menghindari “pikun dini”. Menulis bukan hanya sekedar mencatat, tapi juga mengasah pikiran agar tidak “tumpul” dan “mandul”. Menulis tidak hanya melibatkan tangan, kertas dan tinta, tapi juga otak. Organ tubuh yang satu ini (otak) harus senantiasa “diasah” dan “dicuci”, jika tidak ia akan “berlumut” dan “mati”. Menulis adalah salah satu “cara ampuh” agar otak tetap hidup dan bersemi. 

Sekarang terserah anda, silahkan anda pikirkan sendiri untuk apa anda menulis? Setelah anda menemukan jawabannya, maka menulislah! Wallahu A’lam.

Artikel ini sudah dipublikasikan di Kompasiana
loading...

No comments