SANG PETUALANG


Oleh : Khairil Miswar 

Bireuen, 25 Juni 2011

Ilustrasi. Sumber: desaingrafisonlineagus.wordpress.com
Petualangan Pimpinan Dayah Afyatul Yamil Abah Dua, Grong-grong, Pidie, Tgk YC berakhir di Neuhen Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar setelah kritis diamuk massa kamis malam lalu (Sumber : Harian Aceh, 25 Juni 2011). Seperti diberitakan dibeberapa media lokal di Aceh bahwa Tgk Yc juga sudah pernah ditemukan mesum dalam mobil di Grong-grong beberapa waktu lalu. 

Sebenarnya kasus pencabulan yang dilakukan oleh pimpinan pesantren terhadap santri bukanlah hal baru. Di Indonesia kasus seperti ini lumayan banyak namun tidak semuanya berhasil di ungkap oleh media. Jika kasus-kasus seperti ini terjadi diluar Aceh mungkin masih bisa dimaklumi apalagi dengan kondisi zaman yang kian runyam seperti saat ini. Namun yang sangat disayangkan adalah kasus ini juga terjadi di Aceh yang terkenal dengan julukan Serambi Mekkah. Apalagi ada kabupaten di Aceh seperti Aceh Barat yang sudah memproklamirkan daerahnya sebagai kota Tauhid Tasawuf tetapi maskiat masih saja merajalela. Kasus Tgk YC merupakan salah satu contoh maksiat yang mencoreng Aceh dimata provinis lain. 

Antara kesilapan dan Kesengajaan.

Silap dan lupa adalah sifat yang dimiliki oleh setiap manusia. Kesilapan biasanya hanya terjadi sekali atau dua kali, tetapi jika perilaku itu sudah terjadi berulang-ulang dan sudah menjadi rutinitas maka tidak pantas disebut sebagai kesilapan. Perbuatan yang terjadi berulang-ulang merupakan kebiasaan yang lahir dari kesengajaan. Menurut saya perilaku yang dipraktekkan oleh Tgk Yc bisa dikatagorikan sebagai sebuah kesengajaan, bukan kesilapan. Buktinya setelah ditemukan di Grong – Grong Tgk YC meutuwah tersebut kembali melakukan aksi bejatnya di Neuhen Aceh Besar. Dari segi prinsip Tgk YC patut diacungi jempol karena tetap istiqamah dengan mesumnya. “Apapun yang terjadi tetap mesum, tiada hari tanpa mesum “. Motto ini saya rasa sangat cocok untuk diamalkan oleh Tgk YC. Kalau boleh saya ingin menyarankan kepada Tgk YC untuk terus maju dan pantang menyerah. Diluar masih banyak gadis – gadis muda yang belum disentuh oleh Tgk YC. 

Mempermalukan Pimpinan Dayah

Aksi melanggar etika yang dilakukan oleh Tgk YC tanpa sengaja telah mencoreng citra Aceh yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Gelar teungku yang disematkan kepada Tgk Yc juga telah merusak citra para ulama di Aceh. Meskipun pemakaian gelar Teungku di Aceh lumayan liar dan tidak terkontrol. Namun secara khusus apabila disebut nama Teungku kita pasti terbayang bahwa orang tersebut adalah seorang yang alim dan tinggi ilmunya. Walaupun sikap mereka terkadang bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya dan tidak sesuai dengan gelar yang mereka sandang. Apalagi Tgk Yc juga dikenal sebagai seorang pimpinan dayah yang mungkin sangat dihormati didaerahnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa tidak sembarang orang bisa menjadi pimpinan dayah. Butuh proses yang lumayan panjang dan ilmu yang cukup untuk dapat memimpin sebuah dayah. Jika memang benar Tgk YC seorang pimpinan dayah seperti diberitakan media maka dapat dipastikan bahwa beliau adalah orang yang berilmu.

Dengan demikian jelaslah bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tgk Yc merupakan penghinaan terhadap ilmu yang sudah dipelajarinya. Sendainya perbuatan tersebut dilakukan karena ketidaktahuannya mungkin masih bisa ditolerir. Tetapi beliau adalah seorang pimpinan dayah yang seharusnya menjadi panutan bagi murid-muridnya. Namun apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur, dan bubur sudah menjadi taik yang tidak mungkin lagi menjadi beras walapun di olah dengan teknologi secanggih apapun. Semoga saja Tgk Yc segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Swt atas dosa-dosa yang sudah dilakukan. Allah Swt Maha Pengampun lagi Maha Penyayang terhadap hamba – hambaNya. 

Tertipu Gelar

Umumnya masyarakat Aceh mudah tertipu dengan gelar yang disematkan kepada seseorang seperti gelar teungku dan abu. Dan kadang-kadang masyarakat kita juga menghormati mereka secara berlebihan seperti mencium tangan mereka ( para Teungku ) padahal dia tidak mengenal teungku tersebut. Fakta ini menjadi bukti bahwa masyarakat kita mudah tertipu dengan gelar. Untuk kedepan kita berharap ada lembaga khusus yang membidangi pemberian gelar kepada seseorang sehingga pemakaian gelar keagamaan tidak amburadul dan liar. Seseorang yang sudah diberikan gelar Teungku atau Abu apabila terbukti mereka melanggar aturan-aturan agama maka lembaga tadi harus mencabut gelar tersebut dari mereka secara tidak hormat. 

Tgk. Yc Bukan Ulama

Tentang Ulama Rasulullah Saw dalam sebuah hadits menjelaskan bahwa Ulama adalah pewaris para Nabi. Tetapi Rasul Saw juga menegaskan bahwa para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. Dengan demikian jelaslah bahwa Ulama adalah orang-orang yang berilmu, tetapi perlu digaris bawahi bahwa tidak semua orang yang berilmu boleh disebut ulama (dalam konteks syariat). Seseorang baru bisa disebut ulama apabila dia memiliki ilmu dan beramal dengan ilmunya serta menjauhi maksiat. Sedangkan orang-orang yang hanya memiliki ilmu tetapi mengkhianati ilmunya seperti ulah Tgk Yc tidak dapat disebut sebagai ulama dan lebih pantas dinamakan dengan juhala (bodoh). 

Hukum Harus Ditegakkan

Aksi mesum yang dilakukan oleh Tgk Yc adalah sebuah pelanggaran syariat yang harus mendapat hukuman yang sesuai dengan perbuatannya. Jika memang di Aceh berlaku hukuman cambuk bagi pelaku mesum maka sudah sepantasnya Tgk Yc juga dicambuk seperti pelaku mesum lainnya. Walaupun ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Tgk Yc memiliki kedekatan dengan orang nomor satu di Aceh namun hukum tetap harus ditegakkan. Jangan gara-gara ada kedekatan dengan pejabat lantas beliau terbebas dari jeratan hukum. Jangan Cuma rakyat jelata yang dicambuk dan dipermalukan didepan khalayak ramai sedangkan para elit bebas berkeliaran tanpa tersentuh hukum. Wallahul Musta`an Wa Huwa Ya`lamu.

Artikel ini sudah pernah diterbitkan di Harian Aceh


loading...

No comments