MAULID NABI; ANTARA PERAYAAN DAN KETA’ATAN


OLeh: Khairil Miswar

Bireuen, 07 Maret 2012 

Khususnya di Aceh perayaan Maulid Nabi seperti sudah menjadi sebuah keharusan yang membudaya secara turun-temurun. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita, ketika hari maulid mereka mamasak berbagai macam makanan dan kemudian dibawa ke suatu tempat, khususnya di Aceh biasanya mereka berkumpul di Menasah atau di Mesjid. Sebelum acara makan-makan biasanya di awali dengan berbagai bentuk acara seperti zikir bersama, shalawat bersama dan juga membaca “Barzanji”. Pada malam harinya biasanya di lanjutkan dengan ceramah dan juga nasyid dan berbagai acara lainnya. Bahkan sebagian masyarakat rela meninggalkan segala kesibukannya dalam rangka menyemarakkan perayaan maulid Nabi saw. Tak jarang pula, para pelajar, mahasiswa dan santri yang belajar di luar daerah memilih pulang kampung ketika maulid untuk menyantap hidangan “bu mulod”. Suasana ceria, girang dan gembira terlihat jelas di raut wajah mereka. Untuk bershalawat dan zikir tak jarang mereka memakai pengeras suara sehingga suara “bising” tidak dapat di hindari. 

Kelahiran Nabi Saw.

Dari beberapa referensi sejarah kita mendapati bahwa para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan tanggal lahir Nabi saw. Hampir semua ulama sepakat bahwa hari kelahiran Nabi SAW adalah hari Senin bulan Rabi’ul Awwal, tetapi mereka berbeda pendapat tentang tanggal kelahiran Nabi Saw. Diantara pendapat yang kuat mengenai tanggal kelahiran Nabi SAW adalah pada hari Senin tanggal 9 Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Pendapat ini dimunculkan oleh beberapa ulama diantaranya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Katsir. Pendapat ini juga dikuatkan oleh seorang ahli astronomi Mesir yang bernama Mahmud Basya Al-Falaki, setelah beliau melakukan penelitian dengan menggunakan metode falaq. Beliau berkesimpulan bahwa penetapan tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari lahir Nabi tidak tepat sebab hari Senin tidak mungkin bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal. Hari Senin itu jatuh pada tanggal 9 Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan tangal 20 April 571 Masehi. 

Disamping pendapat tanggal tanggal 9 Rabiul Awal, ada juga sebagian ahli sejarah yang menyatakan Nabi lahir pada tanggal 8, 10, 12 dan 17 Rabiul Awal. Namun menurut ahli sejarah dan beberapa ahli hadits pendapat – pendapat tersebut lemah dari sisi periwayatan. Pendapat yang menyatakan Nabi lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal adalah pendapat yang berasal dari seorang ahli sejarah Ibnu Ishaq. Banyak ulama yang menyebutkan bahwa Ibnu Ishaq adalah orang yang sangat lemah dalam hal periwayatan. Dengan lemahnya Ibnu Ishaq maka dengan sendirinya lemah pula riwayat yang dibawanya (Tentang beberapa pendapat tersebut penulis kutip dari beberapa referensi yang ada pada penulis).*

Sebenarnya penulis tidak mau masuk dalam ranah kontroversi tentang boleh tidaknya maulid. Namun berdasarkan kesaksian sejarah patut dikatakan bahwa merayakan maulid Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awal bertentangan dengan fakta sejarah. Jika memang ingin merayakan hari lahir Nabi seharusnya dirayakan pada tanggal 9 Rabiul Awal, bukan tanggal 12 Rabiul Awal. Apakah tidak lucu merayakan hari lahir Nabi bukan pada hari kelahirannya?

Sejarah Singkat Maulid Nabi Saw.

Maulid Nabi Saw sama sekali tidak dikenal pada masa awal-awal Islam. Buktinya tidak ada satupun riwayat shahih yang menceritakan Nabi dan para shahabat merayakan maulid. Generasi setelah shahabat (tabi’in dan tabi’ut tabi’in) juga tidak mengenal adanya maulid. Imam Mujtahid seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad juga tidak diberitakan kalau mereka merayakan maulid. Dalam beberapa referensi sejarah disebutkan bahwa yang pertama sekali merayakan maulid adalah orang-orang Daulah Fathimiyah di Mesir. Perayaan maulid pertama sekali diperkenalkan oleh Sultan Mu’iz Lidinillah dari Daulah Fathimiyah pada tahun 362 H. Para ulama dan ahli sejarah sepakat bahwa Daulah Fathimiyah di Mesir menganut faham Syi’ah Bathiniah. Mereka adalah orang – orang Syi’ah yang akidah dan keyakinannya bertolak belakang dengan ahlussunnah waljama’ah. Pada waktu itu daulah Fathimiyah tidak hanya merayakan maulid Nabi, tetapi mereka juga merayakan maulid Fathimah dan maulid Hasan Husen ra.** 

Antara Perayaan dan Keta’atan.

Sebagian orang menganggap bahwa perayaan maulid Nabi adalah sebagai bentuk cinta kepada Nabi Saw. Tak jarang jika ada orang yang tidak merayakan maulid dituduh sebagai orang yang tidak cinta kepada Nabi. Fenomena ini bisa disaksikan hampir disetiap tempat. Penulis sedikit keberatan jika orang – orang yang tidak merayakan maulid dituduh tidak cinta kepada Nabi. Buktinya para shahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali ra dan juga sahabat yang lain tidak pernah merayakan hari kelahiran Nabi Saw. Apakah pantas shahabat Nabi seperti mereka kita tuduh sebagai orang yang tidak cinta kepada Nabi Saw? Mereka (para shahabat) selalu menyertai Nabi baik dalam keadaan aman maupun keadaan perang. Mereka adalah orang-orang yang sangat sayang dan cinta kepada Nabi Saw. Mereka rela mengorbankan jiwanya untuk melindungi Nabi Saw. Se’alim apapun kita, namun yakinlah bahwa kita tidak akan mampu menandingi para shahabat dalam hal cinta dan keta’atan kepada Nabi saw. 

Keta’atan seseorang tidak bisa diukur dengan besarnya perayaan maulid yang kita lakukan. Keta’atan hanya akan terjadi jika kita dengan setia dan teguh mempertahankan dan menjalankan sunnah Nabi Saw. Kita bisa menyaksikan ditempat kita masing-masing pada saat perayaan maulid orang – orang larut dalam acara nasyid, zikir dan makan-makan tetapi terkadang mereka luput dan terlupa dari amalan pokok. Sebagai contohnya ada sebagian dari mereka yang (tanpa) sengaja meninggalkan shalat zuhur. Demikian juga jika perayaannya dilaksanakan pada malam hari, panjangnya rentetan acara membuat mereka harus bergadang sampai larut malam. Keesokan harinya badan mereka merasa berat untuk bangun melaksanakan shalat shubuh. Apakah perilaku ini mencerminkan kecintaan terhadap Nabi Saw? 

Akhirnya hanya kepada Allah kita akan kembali, semoga saja tulisan singkat ini tidak mengundang perdebatan dan polemik. Marilah berfikir bijak dengan menggunakan energi positif semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahul Musta’an.

Not: *Penjelasan dalam tulisan miring diatas mengenai perbedaan pendapat tentang hari lahir Nabi     Saw penulis rangkum dari beberapa referensi yang ada pada penulis. 

** Informasi ini penulis kutip dari berbagai sumber yang ada pada penulis.

Artikel ini sudah pernah diterbitkan di Spontannews.com


loading...

No comments