Jangan Tertipu Budaya Sesat


Oleh : Khairil Miswar

Bireuen, 30 Desember 2011

Tak terasa sebentar lagi tahun 2011 akan segera berakhir menuju ketahun berikutnya 2012. Dengan terjadinya pergantian tahun maka umur bumi yang kita tumpangi ini semakin tua. Beberapa saat lalu masyarakat dunia juga sempat dihebohkan dengan pemberitaan dari kaum kuffar bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2012. Hampir setiap berita infotaimen di televisi Indonesia memberitakan isu ini sehingga suasana semakin riuh. Seiring dengan perjalanan waktu isu tersebut secara perlahan hilang dari pemberitaan. Sebagai umat Islam kita tidak perlu terkecoh dengan isu-isu tidak jelas yang dibuat oleh orang-orang yang kurang tidur. Persoalan kiamat adalah persoalan gaib yang tidak seorang manusiapun memiliki pengetahuan tentang hari tersebut. Bahkan Nabi Shallahahu ‘Alaihi Wasallam sebagai utusan Allah juga tidak mengetahui kapan terjadinya kiamat.

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat dunia termasuk Indonesia dan tak ketinggalan teungku Aceh setiap pergantian tahun mereka melakukan perayaan untuk menyambut pergantian tahun masehi tersebut. Pada malam tersebut biasanya jalanan menjadi macet, ratusan kendaraan memenuhi setiap badan jalan. Kembang api dan mercon adalah aksesoris penting yang menyemarakkan malam tahun baru. Pada malam tersebut kita tidak mampu membedakan antara Kristiani dan Muslim. Mereka sama-sama merayakan malam tahun baru, bahkan ada umat Islam yang rela bergadang menunggu datangnya pukul 00.00 hanya untuk meledakkan petasan sebagai pertanda tahun sudah berakhir dan akan segera berganti. 

Tahun Masehi Milik Siapa?

Tahun masehi dalam keyakinan umat Kristen merupakan tahun kelahiran Yesus Kristus. Meskipun tahun 1 Masehi dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, namun bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung klaim tersebut. Para ahli menanggali kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 SM (Sumber: eocommunity.com). Meskipun demikian banyak sumber yang menyebutkan bahwa tahun masehi adalah tahunnya Yesus (kristiani).

Dalam berbagai sumber sejarah disebutkan bahwa agama Kristen yang ada hari ini merupakan agama yang didirikan oleh Paulus setelah dia mengaku bertaubat di Damsyik. Menurut Paulus, Yesus adalah anak Allah dan Yesus itulah kristus. Paulus adalah penganut Yahudi beraliran parisi. Paham nasrani mucul dari kalangan Yahudi yang bercampur aduk (sikretis) dengan paham Yunani Romawi (Solihan Mc; Perpekstif Islam Terhadap Kristologi, Tiga Serangkai, 2008).

Dalam Al Quran Yahudi dan Nasrani disebut sebagai ahli kitab. Paulus adalah orang yang pertama sekali mengajarkan bahwa Yesus itu adalah anak Allah. Pada perkembangan selanjutnya murid – murid Paulus inilah yang disebut dengan orang Kristen (Solihan Mc). Orang-orang yang mengaku sebagai pengarang suci dari kalangan Nasrani menulis kitab perjanjian lama dan perjanjian baru yang merupakan perubahan dan penambahan dari kitab Nabi Isa ‘Alaihissalam yaitu Injil. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang Nasrani telah mengubah syariat Nabi Isa dengan memasukkan pemikiran-pemikiran Paulus kedalamnya. Nama Kristen adalah sebutan pertama sekali yang disandang oleh murid-murid Paulus. 

Muslim tidak Patut Rayakan Tahun Baru

Perayaan tahun baru yang dilakukan oleh umat Kristen merupakan hak mereka dalam hal kebebasan beragama. Namun di Aceh yang mayoritas penduduknya mengaku muslim sangat tidak layak untuk ikut-ikutan merayakan tahun baru yang merupakan hari besar kaum kristian. Tanggal satu Muharram yang merupakan tahun baru Islam saja tidak diperintahkan untuk merayakannya apalagi tahun masehi yang jelas-jelas merupakan tahun kaum kafirin (dalam pandangan Islam).

Menurut penulis, pemerintah kita harus tegas dan melarang masyarakat Aceh khususnya yang beragama Islam untuk tidak merayakan tahun baru. Dalam banyak hadits Rasul Shallahahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kita untuk menyelisihi orang kafir baik yang berhubungan dengan ibadah maupun kebiasaan-kebiasaan mereka yang bertentangan dengan Islam. Dalam sebuah hadits Nabi Shallahahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda bahwa barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari kaum tersebut. Berpedoman pada hadits tersebut, izinkan penulis berpantun sedikit; “barang siapa menyerupai Kristen maka dia bagian dari Kristen”, lebih khusus lagi “barang siapa menyerupai kafir maka dia bagian dari kafir”. Kiban na palak? 

Jika ingin menjadi muslim jadilah muslim yang sesungguhnya. Demikian juga jika ingin menjadi kafir jadilah “kafir tulen” dan jangan berada diantara keduanya yang akhirnya kita harus menyandang status “munaphe’k (munafiq). Untuk melakukan shalat malam mayoritas kita tidak mampu termasuk penulis, tetapi untuk menanti pukul 00.00 sebagai awal tahun baru (mungkin) hampir mayoritas dari kita mampu atau setidaknya memaksakan diri untuk mampu karena kita menganggap malam tersebut adalah momen yang sangat penting. 

Keluarga Gusdur Merayakan Natal

Dalam Al-Quran surat An Nisa ayat 138-140 Allah berfirman: "Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140) 

Sebagai seorang muslim kita tidak perlu ikut-ikutan seperti keluarga almarhum Gus Dur yang ikut merayakan natal bersama orang-orang Kristen. Cukuplah firman Allah diatas sebagai peringatan bagi kita semua untuk tidak bercampur baur dengan umat Kristen dengan cara merayakan hari besar mereka baik natal ataupun tahun baru. 

Ibnul Qayyim Al Jauziyah, muridnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah menjelaskan bahwa memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin. 

Jika mengucapkan salam saja hukumnya haram, bagaimana jadinya jika kita ikut bernyanyi dan ber”HALELUYA” bersama mereka? Wallahul Musta`an.

Artikel ini sudah diterbitkan di Harian Aceh







loading...

No comments