HUJAN TEROR DI ACEH


Oleh: Khairil Miswar

Bireuen, 08 Maret 2012

Ilustrasi. Sumber: www.politikadergisi.com
Menjelang Pemilukada yang akan digelar pada April mendatang, kekerasan demi kekerasan terus menghantui Aceh. Beberapa waktu lalu juga terjadi penembakan terhadap ketua DPRK Kota Lhoksemumawe (Suarapembaruan.com, 09/03/12). Sebelumnya sederetan kasus penembakan juga sempat menghebohkan pemberitaan di beberapa media lokal di Aceh. Diantaranya kasus penembakan terhadap para penggali tambang yang terjadi di Kabupaten Bireuen (okezone.com, 01/01/12) dan Kabupaten Aceh Besar (tvonenews.tv, 05/01/12). Kasus terbaru adalah aksi penyerangan dan perusakan mobil terhadap tim sukses Irwandi di Lhoksukon dan Bireuen (The Atjehpost.com, 24/03/12). Sayangnya sampai saat ini kejadian – kejadian tragis tersebut belum semuanya berhasil diungkap oleh pihak kepolisian. 

Kasus-kasus serupa akan terus terjadi di Aceh jika aparat kepolisian lambat dalam bertindak. Kejadian-kejadian tragis tersebut dengan sendirinya akan menimbulkan keresahan ditengah masyarakat apalagi dalam waktu dekat akan digelar pesta demokrasi untuk memilih Gubernur, Bupati dan Walikota. Penulis tidak berani berspekulasi tentang motif dari kekerasan – kekerasan tersebut, namun yang jelas serentetan kejadian pilu tersebut lambat-laun akan membawa efek negatif terhadap perdamaian yang sudah berjalan di Aceh lebih kurang enam tahun. 

Peluru-peluru tajam terus berterbangan mencari mangsa tanpa pilih kasih. Fakta ini bisa kita saksikan bersama dari sejumlah korban yang menjadi sasaran penembakan. Jika beberapa bulan lalu peluru-peluru tersebut memangsa orang-orang luar Aceh, tapi dalam tahapan selanjutnya kejadian serupa juga menimpa orang-orang Aceh sendiri. Jika beberapa waktu lalu yang menjadi korban adalah para kuli yang tidak tahu-menahu soal politik, namun kali ini yang menjadi korban adalah ketua DPRK yang notabene adalah tokoh politik yang juga mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Pada tahun 2011 lalu timah panas juga sempat menewaskan seorang tokoh kombatan GAM di Bireuen yang dikenal dengan nama “Cagee” (thegloubejurnal.com, 23/07/11). Konon nama tersebut disematkan kepadanya karena keberaniannya baik ketika perang sedang berkecamuk (baca: konflik Aceh) maupun pasca perdamain di Helsniky. Cagee dikenal keras dalam menentang kebijakan – kebijakan pimpinannya (baca: GAM) yang menurutnya tidak sesuai. Namun sayang, dia harus tewas dengan hujaman peluru yang keluar dari moncong senjata orang tak dikenal (OTK). Sayangnya para pelaku sampai sekarang masih misterius.

Dendam Pribadi atau Politis?

Sulit memang untuk menebak motif dan pelaku dari serangkain aksi tragis yang terjadi di Aceh hari ini. Dan sejatinya pihak kepolisian merupakan pihak yang paling bertanggung-jawab untuk mengungkap kejadian-kejadian tersebut. Hampir setiap kali mendengar berita-berita duka, baik penembakan maupun pemukulan, sebagian masyarakat Aceh menganggap bahwa aksi tersebut terjadi karena dendam pribadi. Disamping itu ada juga sebagian masyarakat yang menduga-duga bahwa aksi tersebut terjadi karena latar-belakang politis. Bahkan ada beberapa pihak di Aceh yang menyatakan bahwa kejadian penembakan di Aceh (khususnya penembakan terhadap warga non Aceh) beberapa waktu lalu merupakan akibat dari kecemburuan sosial. 

Menurut penulis dua anggapan pertama (dendam pribadi dan politik) lebih logis dan masuk akal jika dibanding dengan alasan ketiga (kecemburuan sosial). Apalagi jika yang menjadi korban adalah orang luar Aceh, mustahil terjadi kecemburuan sosial apalagi para korban waktu itu hanya berprofesi sebagai buruh. Demikian juga dengan penembakan baru-baru ini yang menimpa ketua DPRK Lhokseumawe menurut penulis (kemungkinan besar) dilatar- belakangi oleh faktor politik. 

Sebenarnya aksi teror menjelang pemilu bukanlah hal baru di Aceh. Dulu ketika pemilu 2009 sejumlah aksi teror seperti pembakaran kantor tim sukses dan juga aksi pengancaman terhadap caleg (calon legislatif) baik yang maju melalui partai lokal maupun partai nasional juga sempat menghiasi pemberitaan di beberapa media lokal di Aceh. Bahkan beberapa tahun sebelumnya pada pemilu tahun 2006 yang dimenangkan oleh calon dari perseorangan (Irwandi-Nazar) juga sempat terjadi beberapa ketegangan dan beberapa teror yang dilakukan oleh tim sukses kandidat tertentu terhadap kandidat lain. Waktu itu (baca: 2006) juga sempat terjadi pemukulan terhadap salah satu kandidat tepatnya di kota Matang Glumpang Dua Kabupaten Bireuen (suarakarya-online.com, 23/11/06)

Aksi – aksi kekerasan tersebut jika dibiarkan begitu saja tanpa ada keseriusan dari pihak Kepolisian dalam menuntaskan dan menangkap pelaku maka akan dikhawatirkan kekerasan demi kekerasan (meskipun dalam skala kecil) akan terus terjadi di Aceh. Terlepas apa yang menjadi motif aksi-aksi teror tersebut yang jelas aksi-aksi kekerasan di Aceh harus segera berakhir. Perdamaian yang sudah terajut enam tahun silam harus tetap dijaga demi lestarinya perdamaian di bumi Aceh. Kita sudah bosan dengan perang dan kekerasan. Jangan sampai aksi-aksi teror yang terjadi selama ini menjadi benih yang dapat merusak suasana damai yang sedang dirasakan oleh masyarakat Aceh.

Di akhir tulisan ini penulis dan kita semua berharap kepada pihak kepolisian untuk segera mengungkap serentetan aksi teror yang telah menghilangkan beberapa nyawa khususnya nyawa orang yang tidak berdosa seperti para buruh yang tewas beberapa waktu lalu. Kepada para pelaku teror kita juga berharap agar mereka segera menghentikan aksinya demi kenyamanan rakyat Aceh. Semoga luka lama (baca: konflik 30 tahun) tak lagi terulang. Wallahul Musta’an.

Artikel ini sudah pernah diterbitkan di Atjehlink.com
loading...

No comments