Bireuen, Metro Komplotan


Oleh: Khairil Miswar 

Bireuen, 01 April 2013

Tepatnya pada 12 Oktober 1999, melalui Undang Undang Nomor 48 tahun 1999, Bireuen resmi berdiri sendiri sebagai Kabupaten yang terpisah dari induknya Kabupaten Aceh Utara. Pada awal berdirinya, Bireuen terdiri dari 10 kecamatan, termasuk tiga kecamatan baru masing-masing Kecamatan Pandrah, Juli Keude Dua dan Kecamatan Jangka yang peresmiannya diselenggarakan pada 28 September 1999, sedangkan kecamatan lama adalah Samalanga, Jeunib, Peudada, Jeumpa, Juli, Peusangan dan Gandapura. Sejak tahun 2006, secara administratif Kabupaten Bireuen ini terdiri dari 17 Kecamatan dengan bertambahnya kecamatan baru; Simpang Mamplam, Pandrah, Peulimbang, Kota Juang, Kuala, Peusangan Selatan dan Peusangan Siblah Krueng. Berdasarkan catatan yang ada, pada tahun 2012, Kabupaten Bireuen dihuni oleh 409.899 jiwa.

Pada masa pergerakan kemerdekaan, Bireuen memiliki andil besar dalam memperjuangkan berdirinya Negara Indonesia, sehingga sangat patut dan pantas jika Bireuen disebut sebagai Kota Juang. Bahkan pada saat terjadi agresi Belanda, Bireuen pernah menjadi pusat konsentrasi pasukan yang akan berangkat ke Medan Area, namun sekarang fakta ini seperti hilang ditelan zaman. Salah satu tokoh pejuang Bireuen yang dapat disebut di sini adalah Kolonel Husen Yusuf. Kolonel Husein Yusuf adalah satu tokoh penting yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kol Husein Yusuf adalah pimpinan Komando Tentara Republik Indonesia Divisi Gajah I yang berkedudukan di Aceh.

Kota Bireuen. Sumber: www.panoramio.com

Dari segi pendidikan, kiprah tokoh-tokoh Bireuen di masa lalu juga patut diacungi jempol. Di antara tokoh-tokoh yang peduli terhadap pendidikan kala itu adalah Tgk Abdurrahman Meunasah Meucat dan Ampon Chiek Peusangan. Tgk Abdurrahman merupakan tokoh sentral yang membidani kelahiran Almuslim di Kota Matangglumpangdua. 

Ketika syariat Islam diterapkan di Aceh, Bireuen merupakan pelopor yang melaksanakan hukuman cambuk untuk pertama kalinya di Aceh. Ketika itu para pelanggar qanun dicambuk di depan Mesjid Agung Bireuen yang disaksikan oleh masyarakat dan juga diliput oleh media.

Dari uraian singkat di atas nampak jelas bahwa Bireuen merupakan Kabupaten yang memiliki prestasi lumayan gemilang. Akibat kegigihan dalam mempertahankan kemerdekaan Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang. Dengan berdirinya Almuslim jauh sebelum Indonesia merdeka membuat Bireuen juga terkenal sebagai daerah yang sangat peduli terhadap pendidikan. Bermodalkan ayunan cemeti terhadap para pelanggar syariat, nama Bireuen juga tercatat sebagai pelopor hukuman cambuk di Aceh. 

Bireuen Hari Ini

Baru-baru ini Bireuen dihebohkan dengan tertangkapnya Faisal yang disebut-sebut sebagai bos narkoba asal Bireuen oleh BNN. Dalam pemberitaan Serambi Indonesia bos narkoba tersebut memiliki aset lumayan fantastis senilai 38 miliar lebih yang kini telah disita oleh BNN (Serambi Indonesia, 30/03/13). Sebenarnya kasus narkoba yang melibatkan warga Bireuen bukanlah hal baru. Bahkan ada sebagian masyarakat Bireuen yang terlihat santai-santai saja ketika membaca berita penangkapan terhadap para gembong narkoba, mungkin mereka sudah muak dengan pemberitaan tersebut akibat kasus tersebut sudah sangat sering terjadi. 

Selama tahun 2012 sebagaimana dilansir oleh Atjehpost.com disebutkan bahwa Polres Bireuen telah berhasil mengungkap sebanyak 54 kasus narkoba. Dalam tahun 2012 tersebut, secara kuantitas Polres Bireuen berhasil mengamankan sabu-sabu sekitar 900 gram lebih (Atjehpost.com, 28/01/13). Beberapa waktu lalu juga diberitakan bahwa tahanan Rutan Bireuen telah kelebihan kapasitas. Rutan Bireuen sekarang menampung 262 orang tahanan dan uniknya lagi 90% penghuni rutan tersebut adalah tahanan kasus narkoba (Suara Nasional News, 19/02/13).

Tidak cuma kasus narkoba, di Bireuen juga pernah beberapa kali terjadi kasus perampokan yang mengakibatkan korban menderita kerugian dan juga luka fisik. Salah satunya adalah aksi perampokan yang terjadi di Samalanga pada tahun 2012 (Acehkita.com, 01/08/12) dan perampokan BRI Bireuen pada tahun 2011 (Tribunnews.com, 08/04/11).

Selain kasus narkoba dan perampokan, Bireuen juga pernah heboh dengan kasus pembunuhan. Kasus pembunuhan terakhir yang menyita perhatian kita adalah kasus pembunuhan dan pembakaran terhadap Tgk Aiyub Syakubat dan pengikutnya di Kecamatan Peulimbang. Sebelumnya kasus pembunuhan sadis juga pernah terjadi di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng yang menewaskan sepasang kakek nenek.

Di samping itu, nama baik Bireuen juga pernah tercemar dengan maraknya aliran sesat yang berkembang di sana, salah satunya ajaran Millata Abraham yang memicu terjadinya aksi penjemputan oleh massa terhadap para tertuduh tersebut. Tidak hanya itu, nama Bireuen juga pernah beberapa kali terangkat akibat isu penggrebekan, perusakan dan pembunuhan terhadap para tertuduh dukun.

Kasus yang tak kalah uniknya terjadi di Bireuen adalah human trafficking dan bisnis seks yang baru-baru ini berhasil diungkap oleh pihak kepolisian. Serambi Indonesia memberitakan bahwa bisnis seks tersebut telah merambah seluruh kecamatan dalam Kabupaten Bireuen (Serambi Indonesia, 06/02/13).

Belum lagi tuntas kasus bisnis seks, Bireuen kembali diguncang dengan aksi pemerkosaan terhadap seorang siswi SMP yang baru berusia 14 tahun, gadis tersebut diperkosa oleh empat pria secara bergiliran (Serambi Indonesia, 27/03/13).

Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa kejayaan Bireuen telah pudar akibat ulah para komplotan yang semakin menjadi-jadi. Sebagaimana penulis uraikan di atas bahwa di Bireuen hari ini telah lahir beberapa komplotan yang telah merusak kewibawaan Kabupaten Bireuen di mata masyarakat Aceh. Di antara komplotan yang penulis maksud adalah: komplotan narkoba, komplotan perampok, komplotan pembunuh, komplotan aliran sesat, komplotan dukun, komplotan human trafficking, komplotan bisnis seks dan terakhir komplotan pemerkosa. Jika komplotan tersebut melakukan aksinya di Kota Metropolitan mungkin masih bisa dimengerti, namun akan menjadi aneh jika aksi tersebut tumbuh dan berkembang di Bireuen yang kerap mendeklarasikan diri sebagai Kota Syari’at. 

Sudah saatnya masyarakat Bireuen bangkit dan menyatakan perang terhadap para komplotan yang merusak nama Bireuen di mata publik Nasional. Jika komplotan ini dibiarkan tumbuh subur di Bireuen, maka yakinlah suatu saat Bireuen yang kita cintai ini akan menuju kehancuran. Dalam hal ini, penguasa Bireuen yang berasal dari partai ternama dan sebagai pemegang otoritas harus melakukan langkah-langkah jitu dalam rangka menumpas komplotan yang telah membuat Bireuen menjadi hilang wibawa di mata masyarakat Aceh. Jika para penguasa hanya berdiam diri, maka yakinlah suatu saat julukan Kota Juang, Kota Pendidikan dan Kabupaten Syari’at akan terhapus dalam catatan sejarah dan berganti nama menjadi Kota Metro Komplotan. Mau? Wallahul Musta’an.

Artikel ini sudah pernah diterbitkan di Harian Serambi Indonesia




loading...

No comments