Ciptakan Dakwah Sehat!


Oleh : Khairil Miswar 

Bireuen, 01 Mei 2011

Khairil Miswar. Foto Tahun 2013
Sebenarnya pembahasan tentang metode dakwah dan hal-hal yang menyangkut perilaku serta adab para pendakwah sudah sangat sering dibahas oleh para penulis baik melalui buku-buku maupun melalui tulisan-tulisan di media massa. Namun pada kenyataannya etika dan adab penyampaian dakwah yang dilakukan oleh para pendakwah khususnya di Aceh masih jauh dari bimbingan syariat yang murni. Bertolak dari fakta ini membuat saya ingin kembali membahas tema ini walaupun mungkin terkesan sedikit membosankan.


Dakwah dengan Nasehat

Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 Allah Swt memerintahkan kepada kita semua untuk mengajak ke Jalan Tuhan (agama) dengan hikmah dan dengan nasehat yang baik. Ayat yang mulia ini secara jelas mengajak kita semua untuk menggunakan metode yang baik dalam berdakwah. Sebuah metode yang penuh adab dan akan membuat para pendengar (orang-orang yang diajak) akan tertarik dengan kelembutan dakwah kita. Hal ini sering sekali diabaikan oleh para pendakwah khususnya di Aceh. Para pendakwah kita terkesan “sangar/menakutakan” dalam menyampaikan dakwahnya sehingga membuat para pendengar malas mendengarkan nasehat yang hendak disampaikan. Kita banyak menyaksikan para pendakwah kita berkata-kata kasar diatas mimbar/panggung. Kata-kata cacian (teumeunak) sepertinya sudah menjadi hal yang lazim bagi sebagian pendakwah. Tanpa ada cacian dan teumeunak terkesan dakwahnya kurang diminati sehingga kata-kata cacian seperti sudah menjadi sebuah keharusan yang statusnya dianggap wajib. Perilaku seperti ini harus segera ditinggalkan oleh para pendakwah jika ingin dakwahnya menyerupai dakwah Rasulullah Saw dan diridhai oleh Allah Swt sebagai pemilik Syari`at. 

Hindari Fitnah dan Propaganda

Dalam beberapa bulan terakhir ini khususnya di Aceh hampir disetiap pelosok dilaksanakan peringatan Maulid Nabi Saw. Tidak jarang perayaan khanduri mulod yang sudah menjadi khas Aceh ini di isi dengan dakwah dan ceramah agama.. Beberapa tempat yang saya temui saya mendapati para pendakwah dengan “ garangnya “ melakukan fitnah dan propaganda terhadap sesama Islam. Sebuah perilaku yang sangat dibenci oleh Allah Swt dan Rasulnya Saw. Sebagai contoh saya pernah menyaksikan para pendakwah menghujat dan menghina orang-orang yang tidak ikut dalam perayaan maulid. Para pendakwah menyebut orang – orang yang tidak merayakan maulid sebagai orang yang tidak cinta kepada Nabi Saw. Perilaku seperti ini sudah semestinya ditinggalkan karena dapat melahirkan perpecahan umat Islam. Seharusnya para pendakwah menghargai perbedaan pendapat khususnya tentang perayaan maulid. Orang-orang yang tidak merayakan maulid sudah tentu mempunyai alasan kenapa mereka tidak ikut merayakannya. Masing-masing umat Islam mempunyai hujjah untuk menguatkan pandangannya. Jadi jangan sembarangan dituduh dan dihujat apalagi hujatan tersebut dilontarkan dikhalayak ramai seperti pada saat dakwah maulid. Jika perilaku ini terus dibudayakan akan melahirkan hal-hal yang berakibat kepada perpecahan umat Islam. Masyarakat awam akan saling mengejek dan menghina sesamanya. Seharusnya para pendakwah menjadi pemersatu umat bukan sebaliknya menjadi provokator yang dapat merusak citra umat Islam dimata orang – orang non muslim. Terlebih lagi maulid Nabi Saw bukanlah sebuah kewajiban dan juga tidak termasuk sunnah Nabi Saw sebagaimana disangka oleh sebagian pendakwah. Tidak ada satu dalilpun baik dari Al – Quran dan Sunnah yang menganjurkan atau mewajibkan maulid. Jikapun ada dalil yang didengungkan oleh para pendakwah itu adalah dalil-dalis dusta yang bukan berasal dari Nabi Saw. Sebagaimana kita ketahui bersama ( melalui sumber – sumber sejarah ) bahwa maulid Nabi Saw tidak pernah dilakukan oleh Para shahabat, tabi`in, tabiut tabi`in dan juga tidak dilakukan oleh para Imam Mujtahid. Syaikh ‘Uqail bin Muhammad bin Zaid Al-Maqthiry Al-Yamany berkata, “Yang pertama kali memunculkan perayaan maulid- di Kairo adalah Al-Mu’izz Lidinillah Al-Fathimy pada tahun 362 H dan terus berlangsung sampai dihapuskan oleh Al-Afdhal, Panglima pasukan perang Badrul Jamaly pada tahun 488 H pada zaman pemerintahan Al-Musta’ly Billah. Tatkala khilafah Al-Amir bi Ahkamillah bin Al-Musta’ly berkuasa pada tahun 495 H, perayaan maulidpun kembali dirayakan” (Al-Maurid fii Hukmil Ihtifal bil Maulid hal 8-9). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Daulah fathimiyah berfaham “ Syi`ah “ bukan ahlussunna waljama`ah. Mohon maaf jika penjelasan tentang maulid sedikit panjang, hal ini penting untuk diketahui oleh para pendakwah sehingga para pendakwah bisa menghargai orang – orang yang tidak ikut merayakan maulid.

Hindari Riwayat Dusta

Untuk mendapat ridha Allah Swt kita berharap para pendakwah untuk menyampaikan informasi – informasi yang shahih kepada umat. Cerita – cerita israiliyat dan cerita – cerita yang diciptakan oleh syi`ah lebih baik tidak disampaikan kepada umat. Hal ini sangat penting untuk menjaga ruh Islam agar tidak rusak dengan dongeng-dongeng yang tidak berdasar dan bertentangan dengan keagungan Islam sebagai agama yang Haq. Dalam tulisan ini saya akan mengangkat beberapa cerita populer yang sebenarnya adalah kedustaan yang dibuat oleh musuh-musuh Islam khususnya terhadap para shahabat Nabi Saw.

Pertama: Cerita tentang Tsa`labah Bin Hathib Al- Anshary yang menceritakan tentang keburukan Tsa`labah yang enggan membayar zakat. Tsa`labah Radhiallahu `Anhu adalah shahabat yang ikut dalam perang badar, tentang ahli badar Allah Swt telah memafkan dosa – dosa mereka. Mengenai hadits tentang Tsa`labah yang tidak mau membayar zakat para Ulama hadits telah meneliti hadits tersebut dan mengambil kesimpulan bahwa hadits tersebut dha`if baik dari segi sanad maupun matannya. Demikian pendapat Al-Hafidz Ibnu Hajar Al – Asqalani dalam kitabnya Al-Ishaabah fi Tamyiz Ash-Shahabah Juz 1 hal. 198 yang saya kutib dari buku “ Kisah Tsa`labah Dan Al – Qamah “ Penulis Abdul Hakim Bin Amir Abdat, penyunting Tim Darul – Qalam Penerbit Darul Qalam Jakarta cetakan I tahun 1422 H/2002 M. 

Kedua : Tuduhan kepada Amru Bin Ash yang katanya telah menipu Abu Musa Al-Asy `Ari Radhiallahu `Anhuma pada peristiwa tahkim antara kelompok Ali Bin Abi Thalib Ra dan kelompok Mu`awiyah Bin Abi Sofyan Ra. Para pendusta juga menuduh Amru Bin Ash dan Abu Musa saling mencaci, ini adalah kedustaan yang dinisbatkan kepada dua shahabat Nabi. Sebenarnya yang terjadi adalah kedua kelompok sepakat bertemu tahun depan dan akhirnya terjadi kesepakatan pembagian wilayah antara Ali dan Mu`awiyah. Wilayah Syam dan Mesir dikuasai oleh Mu`awiyah dan wilayah Iraq dikuasai oleh Ali, semoga Allah Swt meridhai mereka berdua. Tentang kisah ini dapat kita lihat di kitab Al-Khulafaa-U Rasyiduun wa Ad Daulah Al-Umawiyah yang diterbitkan oleh Kerajaan Arab Saudi dan sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia ( Tarikh Al Khulafa Ar-Rasyidin ) oleh Fathul Mujib, penerbit Hikmah Ahlussunnah cetakan tahun 2010.

Ketiga : Kisah tentang pembunuhan Husain Bin Ali Ra oleh Yazid bin Mu`awiyah Rh. Para pendusta menyatakan bahwa Yazid telah membunuh Al Husain, dan cerita ini juga pernah diangkat oleh seorang penyanyi Aceh yang terkenal dengan lagu “ Hasan Husen “. Dalam bait syair lagu tersebut sang penyanyi menggambarkan bahwa Yazid adalah seorang yang kejam karena telah membunuh Al Husain di Karbala. Ini adalah cerita dusta yang difitnahkan kepada Yazid Bin Mu`awiyah Ra. Dalam Buku Tarikh Daulah Umawiyah terbitan Arab Saudi dijelaskan bahwa yang membunuh Al Husain adalah Umar Bin Sa`ad Bin Abi Waqqash atas perintah Ubaidillah Bin Ziyad yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Kufah. Bahkan Khalifah Yazid mengutuk Ubaidillah Bin Ziyad ketika kepala Al Husain dikirim kepadanya. Fakta ini membuktikan bahwa Yazid tidak pernah merestui pembunuhan AL Husain Ra.

Demikianlah beberpa riwayat palsu yang sengaja dibuat oleh musuh – musuh Islam dengan tujuan untuk melecehkan umat Islam. Semoga saja kisah – kisah dusta ini tidak lagi diceritakan oleh para pendakwah. Tugas pendakwah adalah menyampaikan kebenaran kepada umat dengan cara – cara yang lemah lembut serta tidak melakukan provokasi dan fitnah yang akan membuat umat Islam berpecah belah. Wallahu `Alam.

Artikel ini sudah dimuat di Harian Aceh


loading...

No comments